Ditempatkan nyalah kandil di dalam Kemah Pertemuan berhadapan dengan meja itu, pada sisi Kemah Suci sebelah selatan
(Keluaran 40:24)
Makan di tengah kegelapan memang tidak menyenangkan. Cahaya yang remang-remang di restoran memang sudah biasa, tetapi makan di dalam ruangan tanpa lampu adalah hal yang sama sekali berbeda. Begitu pula dalam perjalanan kita bersama Allah. Jika kita tidak menerima berkat terang yang ditawarkan-Nya, kita tidak akan melihat apa yang dilakukan-Nya bagi kita.
Perjanjian Lama memberi kita gambaran tentang hal ini Kemah Suci. Ketika imam memasuki ruangan yang disebut Tempat Kudus, hanya dengan diterangi lampu-lampu ia dapat melihat kandil emas (Keluaran 25:31- 40). Seperti semua benda lain dalam ruangan itu, kandil itu pun dibuat berdasarkan contoh yang telah diberikan Allah kepada Musa (ayat 40).
Kandil merupakan gambaran tentang terang rohani. Emas menunjukkan nilai. Minyak melambangkan Roh Kudus. Keenam cabang yang muncul dari sisi tengah menggambarkan kesatuan di tengah kemajemukan yang ada. Bunga buah badam adalah lambang pemimpin yang diurapi Allah (Bilangan 17:1-8). Apabila semua ini digabungkan dengan keterangan dalam Perjanjian Baru yang memakai kandil emas untuk mewakili jemaat (Wahyu 1:20), kita akan mendapatkan gambaran yang lengkap. Allah memberi terang melalui Roh, yang bekerja melalui jemaat-Nya yang merupakan orang-orang yang diurapi (1 Petrus 2:9).
Roh Kudus memberikan terang yang kita butuhkan. Lalu, apakah setiap hari kita meluangkan waktu untuk berdoa dan membaca firman Allah sehingga kita mendapatkan berkat dari-Nya? - Mart De Haan
No comments:
Post a Comment