Para gadis mengelu-elukan bintang bola basket dan baseball muda itu di SMA Sharon, dekat Charlotte, negara bagian North Carolina. Pemuda itu berharap bahwa suatu hari nanti ia dapat menjadi seorang pemain baseball utama di klub baseball besar. Jika tidak demikian, ia berpikir untuk menjadi seorang petani seperti ayahnya.
Billy berusia tujuh belas tahun pada saat Mordecai Ham, seorang petinju bayaran yang telah menjadi penginjil, datang ke kota Charlotte. Mordecai Ham adalah seorang penginjil yang berapi-api dan suka menunjuk orang-orang yang berdosa secara langsung. Pemimpin-pemimpin gereja di kota Charlotte menganggap Mordecai Ham sebagai pengganggu. Mereka menolak permintaan izinnya untuk membangun sebuah tenda. Namun, dengan pertolongan orang-orang awam, bekas petinju itu memasang tenda tepat di luar batas kota.
Ia sudah mengadakan kebangunan rohani selama beberapa minggu ketika Billy -- seorang pemuda tinggi ramping, berambut ikal dan pirang -- datang. Setiap Minggu, Billy pergi ke gereja dengan orang tuanya yang saleh. Ia tidak merokok maupun minum minuman keras. Namun demikian, ada hal-hal lain yang harus dilakukannya dan walaupun ayahnya seorang pendukung kuat Mordecai Ham, Billy tidak berusaha untuk menghadiri kebangunan rohani itu sebelumnya.
Pengunjung kebangunan rohani itu cukup banyak bagi kota Charlotte -- lima ribu orang. Orang-orang berkata bahwa hal itu merupakan hal terbesar yang pernah dialami oleh penduduk negara bagian Carolina. Billy dan temannya di SMA berjalan melewati jalan kecil di antara deretan bangku dan duduk di bangku yang keras.
Khotbah yang disampaikan pengkhotbah berbadan besar itu sangat tidak berkesan bagi Billy sampai pengkhotbah itu mengacungkan jari menunjuk ke arah Billy dan berteriak, "Kamu berdosa!"
Billy -- yang selalu siap menangkap bola -- tidak siap untuk main tangkap-tangkapan dengan pengkhotbah itu. Ia menundukkan kepalanya yang berambut pirang dan bersembunyi di belakang topi seorang wanita di depannya.
Dua malam kemudian Billy datang lagi dan membawa seorang teman, namanya Albert McMakin. Selama beberapa malam selanjutnya, kedua orang itu hadir bersama-sama. Penginjil yang berapi-api itu terus meyakinkan Billy bahwa ia harus memilih: surga atau neraka.
Pada suatu malam, Billy membawa seorang teman lain, namanya Grady Wilson. "Mari kita duduk di bagian paduan suara," usul Billy walaupun ia tahu ia tidak dapat menyanyi. Maka kedua orang itu duduk di belakang mimbar (tempat paduan suara), selamat dari pandangan pengkhotbah yang suka memukul mimbar itu.
Mordecai Ham tidak menunjukkan jarinya kepada Billy malam itu, namun demikian Billy mendapat pukulan dari khotbahnya, pada saat pengkhotbah itu berkata, "Malam ini ada orang yang sangat berdosa di sini."
"Ia mengatakan tentang saya," pikir Billy, "seseorang pasti telah memberitahu dia bahwa saya ada di sini."
Pengkhotbah itu mengakhiri khotbahnya dan memberi undangan bagi orang-orang yang mau bertobat. Billy menahan napasnya pada saat paduan suara itu mulai menyanyi. Setelah menyanyi sebentar, ia tidak dapat bertahan lagi. "Ayo, Grady," ia berkata kepada temannya.
Kedua orang itu turun dari paduan suara dan berdiri di depan. Mengingat saat ketika ia membuat keputusan, Billy berkata, "Hal itu seperti tinggal di luar pada hari gelap dan sinar matahari menembus melalui lapisan awan. Segalanya tampak berbeda. Untuk pertama kalinya saya merasakan sukacita dilahirkan kembali."
Sejak malam yang penuh kenangan pada tahun 1936 itu, Billy Graham terus berkhotbah kepada lebih banyak orang daripada almarhum Pendeta Mordecai Ham, orang yang telah membimbingnya kepada Kristus. Sebenarnya ia telah berkhotbah kepada lebih banyak orang secara langsung daripada pengkhotbah-pengkhotbah lainnya dalam sejarah -- lebih dari dua puluh juta orang. Namun demikian, yang lebih penting lagi, ia telah meyakinkan puluhan ribu orang untuk bertobat dan berlutut kepada Kristus.
Penulis : James C. Hefley
No comments:
Post a Comment