Menurut nalar yang wajar, seseorang berkorban untuk kepentingan dirinya sendiri. Namun yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya, Allah mengorbankan diriNya sendiri demi keselamatan pihak lain. Allah memilih jalan yang sulit dan cawan minum yang pahit. Di dalam kebebasan dan kedaulatNya, Allah memilih kematian.
Mengapa harus salib? Padahal Allah dengan mudah dapat memilih jalan lain, yang lebih enak, lebih gampang. Tapi disini Dia mau memberi kita pelajaran yang amat berharga untuk kita ikuti, yaitu:
1. Bahwa kasih itu mahal. Jalan salib adalah ketika Allah menuntut diriNya sendiri. Kalian menolak Aku, kalian membenci Aku, kalian melanggar perintah-perintahku, tetapi AKU MENGASIHImu. Bukan kalian yang mengasihi Aku tetapi Aku yang mengasihi kalian. Kasih yang sejati tidak mengatakan apabila. Kasih yang sejati mengatakan meskipun. Kasih yang sejati tidak menuntut kecuali kepada dirinya sendiri. Ia diuji, justru ketika berhadapan dengan orang yang tidak layak dikasihi. Oleh karena itu, kasih itu tak pernah mudah. Ia tak pernah murah. Allah menempuh jalan salib, sebab Allah bersedia membayar mahal untuk kasihNya kepada manusia.
2. Peristiwa salib adalah tidak ada kemenangan yang lebih sempurna daripada kemenangan atas diri sendiri. Itulah yang terjadi di Bukit Golgota, Allah mengalahkan diriNya sendiri, Yesus tidak disalibkan. Dia menyalibkan diriNya sendiri. Kemenangan salib menjadi kemenangan yang sempurna karena di sana Allah mengalahkan diriNya sendiri yaitu dengan memilih jalan salib, bukan dengan jalan yang lebih mudah, bukan dengan mempertahankan takhta melainkan justru dengan mengosongkan diri.
Selamat merenungkan. Tuhan Yesus memberkati…
No comments:
Post a Comment