Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar melalui Affiliate Marketing

Why Abraham's Seed?

Blog ini diberi nama Abraham's Seed "Karena jika kita adalah milik Kristus kita juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Gal 3:29)

This blog is named with Abraham's Seed because "If you belong to Christ, then you are Abraham's seed, and heirs according to the promise." (Gal 3:29)
Read full story

Showing posts with label Parable. Show all posts
Showing posts with label Parable. Show all posts

Sunday, May 23, 2010

Life With God

cycle

cycle2

cycle3

Monday, May 10, 2010

3 Reaksi

Seorang wanita yg baru saja menikah datang pada ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya

Setelah pesta pernikahan yg gegap gempita beberapa waktu lalu, baru ia tahu karakter asli sang suami. Keras kepala, Suka bermalas malasan, boros dsb.

Ibu muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya. Namun betapa kagetnya ternyata ibunya diam saja. Bahkan sang ibu kemudian masuk kedapur, sementara putrinya terus ber-cerita dan mengi-kutinya.

Sang ibu lalu mema-sak air. Setelah sekian lama, air mendidih. Sang ibu menuangkan air panas itu kedalam 3 Gelas yg telah disiapkan

Di Gelas pertama ia masukkan Telur. Digelas kedua, ia taruh Wortel. Dan digelas ketiga, ia bubuhkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi. Wortel yg keras menjadi lembut, Telur yg mudah pecah menjadi Keras dan Kopi memancarkan aroma harum.

Lalu sang ibu menje-laskan "Nak masalah itu bagaikan air mendidih, Namun, bagaimana sikap kita-lah yang akan menen-tukan dampaknya. Kita bisa menjadi : Lembek seperti wortel.
Mengeras seperti Telur
atau harum seperti kopi.

Dalam tiap masalah, sebenarnya tersimpan mutiara iman yg ber-harga.Sangat mudah untuk beryukur saat keadaan baik2 saja, tapi apakah kita dapat tetap  percaya saat pertolongan Tuhan seolah tdk kunjung datang?

Hari ini kita belajar ada 3 reaksi org saat masalah datang. Ada yg jadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri. Ada yg mengeras marah dan berontak pada Tuhan. Ada juga yang justru makin harum, makin  taat dan berserah percaya pada NYA

Adakalanya Tuhan sengaja menunda pertolongannya Apa tujuannya? Agar kita belajar percaya tidak pernah ada masalah yg tdk bisa Tuhan  selesaikan.... :).

Tuesday, November 17, 2009

Seikat Kembang

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, “Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!”


Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.


Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, “Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya.”


“O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda.” jawab pria itu.
“Apa, maaf?” tanya wanita itu dengan gusar.


“Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang. Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya,” jawab pria itu.


Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

 

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.
“Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal..
Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.
Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!”

 

Moral cerita:
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.

Amsal 17 : 22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Thursday, June 18, 2009

Gelang Mutiara

"Mom, pliiiis.. beliin donk," kata seorang anak kecil kepada ibunya saat melihat gelang mutiara di stand aksesoris. Ibunya bertanya kepada wanita yang menjaga toko berapa harga gelang imitasi yang lucu itu. "Dua puluh ribu bu, import dari Korea," sahutnya. Sang ibu berpaling lagi kepada si kecil manis yang sedang memandangnya dengan penuh harapan. "Ok sayang, minggu depan kan birthday kamu. Kalau kamu jadi anak yang baik, taat dan cepat bobo malam, nanti Mama beliin ya."


Beberapa hari kemudian, pada hari ulang tahunnya yang ke-enam, dia dapat kado yang dinanti-nantikan itu, gelang mutiara! Dia sangat suka pada gelangnya itu. Dia memakainya dimana-mana, di Gereja, di sekolah, bahkan di tempat tidurnya juga. Hanya pada saat dia sedang bermain baru dia melepas gelangnya itu. Mamanya bilang jika kena keringat gelangnya bisa berganti warna.

 

Dia mempunyai ayah yang baik sekali. Setiap malam sebelum si kecil tidur, pasti ayahnya datang ke kamarnya dan membacakan buku cerita untuknya. Suatu malam setelah selesai satu cerita, Ayahnya bertanya, "Nak, sayang nggak sama Daddy?". "Oh tentu saja, aku sayang Daddy".  "Kalau begitu berikan kepada Daddy gelang mutiara kamu ya". "Hmm...  jangan gelang saya Dad", kata si kecil sambil tersenyum, "tapi kalau Daddy mau, bisa ambil boneka saya yang bisa nyanyi itu". "Ngga apa-apa, nak," kata sang ayah, "Daddy sayang kamu. Goodnight". Kemudian dia mencium anaknya..

 

Seminggu kemudian, setelah membaca buku cerita, dia bertanya lagi kepada si kecil, "Nak, sayang ngga sama Daddy?". "Oh tentu saja, aku sayang Daddy" "Kalau begitu berikan kepada Daddy gelang mutiara kamu ya". "Hmm... jangan gelang saya Dad", kata si kecil sambil tersenyum, "ambil saja boneka Barbie kesukaan saya Dad".  "Ngga apa-apa, sayangku,"kata ayahnya, "tidur baik-baik ya. Tuhan sayang kamu dan Daddy juga".  Dan seperti biasa dia mencium anaknya.

Suatu malam, pada saat ayahnya masuk kamar, dia menemukan si kecil sedang duduk di tempat tidur dan sepertinya sedang menangis. "Ada apa sayang?" tanyanya kepada anak tercinta yang tidak mengatakan apa-apa tetapi langsung mengulurkan tangan kepada ayahnya.


Saat membuka tangannya itu, ternyata dia sedang memegang gelang kesayangannya.

 

"Daddy, ini untuk Daddy" Airmatanya berlinang, sang ayah menerima gelang murahan itu dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain Ayahnya mengambil sebuah kotak kecil dari sakunya yang berisi gelang mutiara yang asli dan memberikannya kepada si kecil !!!

Ternyata selama ini sang ayah sudah menyimpannya. Dia hanya menunggu saat si kecil sudah rela menyerahkan gelang mutiara aksesori yg palsu itu supaya dia bisa memberikan gelang mutiara yang asli.

 

Sama juga dengan Allah Bapa kita. Dia menunggu saat kita rela menyerahkan kepada-Nya apapun yang murahan dan tak berguna di dalam hidup kita supaya Dia bisa memberikan harta yang benar-benar indah dan berharga! Tuhan sungguh baik, bukan?

Apakah anda masih berpegang erat pada sesuatu yang jelas Tuhan ingin anda lepaskan ? Mungkinkah kamu masih berpegang pada sesuatu yang tidak benar, kebiasaan-kebiasaan buruk atau cara hidup yang jauh dari Tuhan dan amat sangat susah meninggalkannya?

 

Memang apa yang ada di dalam tangan Tuhan kamu tidak mengetahui, namun percayalah.... DIA tak akan pernah mengambil apapun daripadamu tanpa menggantikannya dengan sesuatu yang jauh lebih indah dan berharga.

Sunday, June 14, 2009

Sebuah Pensil

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

 

"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

 

"Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.

 

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini." "Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

 

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya" .

 

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

 

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar"..

 

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

 

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".

 

by : Paulo Coelho

Sunday, June 07, 2009

Toko Grosir Surga

Suatu hari dalam perjalanan hidup saya, saya  melihat sebuah papan bertuliskan, "Toko  Grosir Surga".


Ketika saya berjalan dan hendak masuk ke toko itu,  pintu segera terbuka dengan begitu lebar.

 

Sementara saya berdiri dalam kebingungan ketika  berada dalam toko tersebut, saya melihat banyak malaikat yang berdiri dimana-mana. Salah satu dari mereka memberikan keranjang belanja kepada saya sambil berkata, "Anakku, berbelanjalah dan pilih apa saja yang engkau mau, semua kebutuhan orang Kristen tersedia di toko ini dan jika engkau tidak bisa membawa semua  belanjaan mu, engkau boleh kembali lagi kesini."


Pertama-tama saya mengambil KESABARAN dan KASIH, karena keduanya berada di rak yang sama. Dibawah rak itu saya melihat PENGERTIAN dan saya pun  mengambilnya. "Kau selalu memerlukannya  dimanapun kau pergi,"kata malaikat yang ada di depan saya.


Saya mengambil 2 kotak KEBIJAKSANAAN dan sekantong IMAN. Saya juga tidak melupakan ROH KUDUS karena itu terletak di setiap tempat di dalam toko  itu.


Saya berhenti sejenak untuk mengambil sebungkus  KEKUATAN dan KETEGUHAN  HATI untuk menolong dan memampukan saya melalui perjuangan hidup ini. Meskipun keranjang saya sudah penuh, tetapi saya teringat bahwa  saya membutuhkan ANUGERAH.


Saya juga tidak melupakan KESELAMATAN karena saya tahu itu merupakan barang yang gratis di toko tersebut. Saya mengambil lebih, agar bisa membagikannya kepada orang lain yang membutuhkannya. Saya berpikir, "ini kancuma-cuma."

 

Keranjang  saya kini benar-benar penuh dan saya berjalan ke kasir untuk membayar  belanjaan. Saya berpikir, "Dengan  semua yang saya beli, saya pasti bisa menyenangkan Tuhan saya."


Di depan kasir saya melihat DOA dan tanpa  menunggu lebih lama saya segera mengambilnya karena saya tahu tanpa DOA saya akan segera jatuh dalam pencobaan.


DAMAIdan  SUKACITA adalah  dua hal penting yang hampir saya lupakan. Saya segera mengambil satu keranjang kecil untuk keduanya dan untuk NYANYIAN  PUJIAN.


Pada akhirnya saya berkata kepada malaikat, "Sekarang berapa yang harus saya  bayar?"


Ia hanya tersenyum dan berkata, "Kamu tinggal membawanya  saja."


Sekali lagi saya bertanya dalam kebingungan, "Sungguh, berapa harga semua ini?"

 

Ia tersenyum dan berkata, "Anakku, bertahun-tahun yang lalu Yesus telah mambayar semuanya untuk  mu."


Aku terharu, aliran-aliran bening membanjiri  mataku. Di dalam Iman semuanya sudah tersedia bagi kita yang percaya kepada YESUS. Kita tinggal mengambilnya kapan dan berapa banyak  yang kita mau. Alkitab berkata bahwa Ia datang  supaya kita memiliki hidup dan mempunyainya dalam segala  kelimpahan. DIA  menjadi miskin agar kita kaya dalam segala  hal.

 

Saat ini "Toko  Grosir Sorga"masih terbuka, dan YESUS  mengharapkan agar kita semua datang dan menikmati hasil dari pengorbananNYA.

Sunday, May 31, 2009

Busuknya Kebencian

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) mengadakan "permainan". Ibu Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa ... tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?"

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan.

Ibu Guru : "Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Alangkah tidak nyamannya ..."

(Author : Unknown)

Thursday, May 14, 2009

Two Wolves

One evening an old Cherokee told his grandson about a battle that goes on inside people. He said, "My son, the battle is between two "wolves" inside us all.


One is Evil. It is anger, envy, jealousy, sorrow, regret, greed, arrogance, self-pity, guilt, resentment, inferiority, lies, false pride, superiority, and ego.


The other is Good. It is joy, peace, love, hope, serenity, humility, kindness, benevolence, empathy, generosity, truth, compassion and faith."


The grandson thought about it for a minute and then asked his grandfather: "Which wolf wins?"


The old Cherokee simply replied, "The one you feed."

 

Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Mat 4:4

Friday, May 01, 2009

Doa Sang Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil Balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.


Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

 

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap Anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.


Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan Tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."


Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala Itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa Kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan,supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
***
Teman, anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.


Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?


Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, Dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat Perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang saleh.


Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian.Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Amin

 

Related Articles : Sangkar Burung Kosong, Titik Hitam di Atas Kertas Putih

Thursday, April 30, 2009

Tukang Kayu dan Rumahnya

Seorang  tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan  konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik  perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan  bulanannya, tetapi keputusan itu sudah Bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama  istri dan keluarganya.


Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan Sebuah rumah untuk dirinya.


Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.


Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu  mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini  adalah rumahmu," katanya, "hadiah dari kami."


Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia  mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.


Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.


Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam Seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.


"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan  sendiri." Hidup kita  esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.


(adapted from "The Builder",  Unknown)

 

Related Article : Keputusan Sang Ayah, Keledai, Alpukat & Benalu

Monday, April 27, 2009

Lukisan Kehidupan

Suatu hari ada seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisannya. Lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus dan akan diperlihatkan pada suatu pameran besar.


Sang pelukis sangat senang ketika menyelesaikan lukisannya. Sambil memandangi lukisannya itu, tanpa disadari si pelukis telah berjalan mundur. Dan ketika berjalan mundur pelukis tersebut tidak melihat ke belakang. Dia terus berjalan mundur hingga di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia akan mengakhiri hidupnya.


Salah seorang melihat pelukis tersebut dan hendak berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut. Tetapi tidak jadi, karena dia berpikir mungkin ketika mendengar teriakannya, pelukis itu akan kaget dan malah jatuh ke belakang. Kemudian orang tersebut mengambil kuas dan cat yang ada di depan lukisan tersebut, lalu mencoret - coret lukisan si pelukis tersebut sampai rusak.

 

Pelukis tersebut sangatlah marah dan maju hendak memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada di situ menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.


Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari yang indah bersama dengan pasangan yang kita idamkan. Tetapi lukisan itu kelihatannya dirusak oleh Allah, karena Allah melihat bahaya yang ada pada kita kalau kita melangkah.


Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap Allah atau juga terhadap pemimpin kita. Tapi perlu kita ketahui Allah selalu menyediakan yang terbaik untuk kita, anak-anak-Nya...


Rancangan Allah sungguh sempurna dan selalu datang tepat pada waktu-Nya so berharaplah hanya pada-Nya..

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Yer 29:11


God Bless U ^_^

 

Related Articles : Keledai, Alpukat & Benalu, Sangkar Burung Kosong

Sunday, April 19, 2009

Keputusan Sang Ayah

Setelah beberapa lagu pujian seperti biasanya pada hari minggu, pembicara gereja bangkit berdiri dan perlahan-lahan berjalan menuju mimbar untuk berkhotbah.


"Seorang ayah dan anaknya serta teman anaknya pergi berlayar ke samudra Pasifik", dia memulai, "ketika dengan cepat badai mendekat dan menghalangi jalan untuk kembali ke darat. Ombak sangat tinggi, sehingga meskipun sang ayah seorang pelaut berpengalaman, ia tidak dapat lagi mengendalikan perahu sehingga mereka bertiga terlempar ke lautan."


Pengkotbah berhenti sejenak, dan memandang mata dua orang remaja yang mendengarkan cerita tersebut dengan penuh perhatian. Dia melanjutkan, "Dengan menggenggam tali penyelamat, sang ayah harus membuat keputusan yang sangat sulit dalam hidupnya....kepada anak yang mana akan dilemparkannya tali penyelamat itu. Dia hanya punya beberapa detik untuk membuat keputusan.

 

Sang ayah tahu bahwa anaknya adalah seorang pengikut Kristus, dan dia juga tahu bahwa teman anaknya bukan. Pergumulan yang menyertai proses pengambilan keputusan ini tidaklah dapat dibandingkan dengan gelombang ombak yang ganas. Ketika sang ayah berteriak, "Aku mengasihi engkau, anakku!" dia melemparkan tali itu kepada teman anaknya. Pada waktu dia menarik teman anaknya itu ke sisi perahu, anaknya telah menghilang hanyut ditelan gelombang dalam kegelapan malam. Tubuhnya tidak pernah ditemukan lagi."


Ketika itu, dua orang remaja yang duduk di depan, menantikan kata-kata berikut yang keluar dari mulut sang pembicara. "Sang ayah," si pembicara melanjutkan ,"tahu bahwa anaknya akan masuk dalam kekekalan dan diselamatkan oleh Yesus, dan dia tidak sanggup membayangkan jika teman anaknya melangkah dalam kekekalan tanpa Yesus. Karena itu dia mengorbankan anaknya sendiri. Betapa besar kasih Allah, sehingga Ia melakukan hal yang sama kepada kita." Sang pembicara kembali ke tempat duduknya sementara keheningan memenuhi ruangan.


Beberapa saat kemudian, dua orang remaja duduk di sisi pembicara. "Cerita yang menarik," seorang remaja memulai pembicaraan dengan sopan, "tapi saya pikir tidaklah realistis bagi sang ayah untuk mengorbankan hidup anaknya hanya dengan berharap bahwa teman anaknya akan menjadi seorang pengikut Kristus."


"Benar, engkau benar sekali," jawab pembicara. Sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya dan kemudian dia memandang kedua remaja tersebut dan berkata, "Tentu saja itu tidak realistis bukan ? Tapi saya ada di sini untuk memberitahu kalian bahwa cerita itu membuka mataku tentang apa yang sesungguhnya terjadi ketika Tuhan memberikan AnakNya untuk saya."Engkau tahu ... sayalah teman sang anak itu".

Sunday, March 29, 2009

Keledai

Alkisah, ada seorang ayah bersama anaknya sedang melakukan perjalanan jauh ke suatu kota. mereka hanya mempunyai seekor keledai, jadi jika salah satu dari mereka sudah lelah, ia beristirahat duduk diatas keledai, supaya perjalanan mereka tidak terhambat.


Ketika itu, tiba giliran si ayah yang duduk diatas keledai, dan kebetulan seorang ibu lewat berpapasan dengan mereka. Ibu itu berkata kepada mereka: Pak! yang benar saja! apakah bapak tidak sayang sama anak bapak sendiri? masak enak-enakan duduk diatas keledai sedangkan anak bapak yang masih kecil itu dibiarkan berjalan kaki? Si ibu itu pun berlalu sambil menggerutu.


Si Ayah, menerima kritik demikian pedas, langsung turun dari pelana dan mengangkat anaknya ke atas keledai. lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka. dalam perjalanan, mereka bertemu seorang anak muda. anak muda ini berceloteh: wah, masak bapak yang sudah tua harus berjalan kaki, sedangkan anaknya yang masih kuat enak-enakan duduk? ini namanya tidak menghormati orang tua!


Sang anak, yang merasa tersindir celoteh anak muda tersebut, berkata pada bapaknya. pak, baiknya bapak saja deh yang duduk di atas keledai ini, saya masih kuat berjalan kaki. Lalu, si anak turun. namun bapaknya juga enggan naik. lalu mereka berpapasan dengan seorang pedagang. pedagang itu berkata: wah, enak-enak punya keledai tapi tidak dipakai, lebih baik saya beli saja yah?


Mereka berdua menolak tawaran pedagang tersebut. keledai itu sudah sejak lahir mereka pelihara, dan mereka sangat menyayanginya. untuk mengurungkan niat si pedagang, mereka berdua naik ke atas keledai tersebut. sang pedagang berlalu, dan beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan seorang pecinta binatang. ia berkata: dasar kalian ini manusia yang tidak punya peri kebinatangan! masak keledai satu kalian naiki berdua? bagaimana kalau kalian yang jadi keledai itu?


Singkat cerita, tibalah mereka di kota tempat tujuan mereka. dan penduduk disana geger melihat kelakuan mereka. bayangkan saja, masak si ayah sedang berjalan sambil menggendong keledainya? wah, ini pertunjukan yang benar2 aneh....


Memang aneh, hidup di dunia ini. kita dihadapkan pada hujan kritik yang bermacam-macam. ini tidak boleh, itu tidak boleh. semua kritikan kelihatan masuk akal, namun jikalau kita ikuti semua kritik tersebut, kitalah yang jadi tidak masuk akal. Diatas semuanya itu, ada hikmah yang dapat kita ambil, yaitu percaya dan bergantung hanya kepada Kata Tuhan. Sebab hanya Tuhan saja yang bisa menyelamatkan kita. Amien.


Source : Resonansi

Friday, March 27, 2009

Alpukat & Benalu

Suatu hari, sebatang pohon alpukat menikmati sejuknya udara sore. Tiba-tiba keasyikannya terusik oleh sapaan dari sebutir biji benalu yang sedang diterbangkan angin kian kemari. "Selamat sore Kat", sapa benalu. "Oh, kamu Lu, selamat sore juga", balas alpukat. "Wah Kat, sekarang kamu sudah besar,ranting-rantingmu banyak, daunmu lebat, buahmu besar-besar", puji benalu. "Iya Lu, itu karena akar-akar saya banyak dan rajin menghisap sari-sari makanan dari dalam tanah", kata alpukat dengan bangga.


Kemudian benalu melanjutkan, "Hampir sepanjang hari saya diterbangkan angin, rasanya badan saya capek sekali, boleh tidak saya beristirahat di salah satu rantingmu, satu malam saja?". Tanpa berpikir panjang alpukat langsung mengabulkan permohonan sang benalu, "Jangankan satu benalu kecil, lima puluhpun saya masih tidak terasa,' pikir alpukat. Maka sejak itu benalu tinggal di pohon alpukat dan tanpa disadari oleh alpukat, benalu makin hari makin besar dan beranak banyak.

 

Suatu hari alpukat melihat tubuhnya sudah kurus kering, saat itulah alpukat sadar bahwa benalu sudah merugikan dirinya. Lalu alpukat memutuskan untuk menyuruh benalu meninggalkan tubuhnya. "Kat, semua  akar-akar saya sudah tertancap dalam tubuhmu jadi jangan pernah bermimpi kalau saya akan memenuhi permintaanmu", kata benalu sambil tertawa. Semakin hari Alpukat makin kurus dan akhirnya mati karena benalu terus menghisap makanan dari tubuh alpukat tanpa belas kasihan.


Banyak orang yang bertindak seperti alpukat ini, waktu dosa-dosa kecil datang menggoda, dan hadir dengan segala daya tariknya, mereka tidak langsung menolaknya, mereka pikir, 'Ah itu hanya dosa kecil saja, tidak akan memengaruhi keimanan saya'. Saya akan tetap rajin berdoa. Terbukti bahwa setiap orang yang meremehkan dosa, yang kecil sekalipun, akan terjerat oleh dosa yang lebih besar lagi. Satu hal yang harus kita ingat, kalau hari ini kita melakukan satu dosa kecil, dosa kecil tersebut makin lama akan menjadi besar dan melahirkan dosa-dosa lain karena salah satu sifat dosa adalah melahirkan dosa.

 

"Jauhilah nafsu orang muda." Jangan merasa diri kuat  iman sehingga Anda bebas bermain-main dengan dosa. Setiap perbuatan dosa, harus kita jauhi dan hindari

Tuesday, March 24, 2009

Sangkar Burung Kosong

Ada seorang bernama George Thomas, seorang pastor di kota kecil New England. Pada hari Paskah pagi, ia bersiap mempersembahkan misa di suatu tempat agak jauh dari kota. Ia membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah reyot, kotor tak terurus, dan menepatkannya di dekat altar. Alis umatnya mulai terangkat, dan mereka mulai bertanya-tanya. Dalam kotbahnya Sang Pastor mulai menjelaskan tentang sangkar burung tersebut.

 

Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu dengan seorang anak kecil melangkah berlenggang sambil mengayun-ayunkan sangkar burung ini. Didalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan. Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut : Apa yang kamu bawa, anakku??

Jawab anak itu:?Ah, cuma burung-burung kecil?

Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu??

Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan.

Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi??

Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka makan burung. Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing. Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah?

Saya terdiam sesaat, lalu saya tanyakan pada anak itu lagi: Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu??

Anak tersebut menatap saya dengan tercengang, lalu jawabnya: Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini??

Berapa??

Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak??

Berapa??

Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu sambil tersenyum menantang katanya: Sepuluh dollar?

Saya ulurkan uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia-pun lalu meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan. Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun, banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi. Nah sampai di sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas latar ini. ?

 

Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut:

Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua. Setan baru saja datang dari Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya: Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia. Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku?

Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka??

Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai, saling selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi mereka untuk saling bunuh.

Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan?? kata Yesus sabar.

Aku akan binasakan mereka !

Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka? ? tanya Yesus.

Jangan bercanda. Kamu tidak akan suka mereka, Sus. Mereka itu tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka? Aku yakin mereka akan membenci kamu! Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan bahkan akan membunuhmu. Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka.?

Berapa?? tanya Yesus lagi lebih mendesak

Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis: Murah, cuma cukup air matamu dan darahmu!

DAN YESUSPUN MEMBAYARNYA TUNAI. Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya

Sunday, March 22, 2009

Titik Hitam Diatas Kertas Putih

Bertahun-tahun yang lalu hingga sekitar beberapa bulan yang lalu, terus terang saya menjadi seorang yang merasa kehidupan dunia ini datar-datar saja, tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri. Bagi saya saat tidurlah suatu kebahagiaan terindah. Entahlah, saya begitu menyesal atas apa yang saya miliki, istri, pekerjaan, kehidupan, kemampuan serta fisik yang saya miliki sepertinya tidak sesuai harapan. Saya selalu merasa menjadi orang yang KEKURANGAN di dunia ini. Semakin kuat saya berusaha untuk merubah keadaan, yang saya terima adalah semakin banyak kekecewaan. Saya tidak tahu harus memulai dari mana, hingga suatu saat seorang ”sahabat” memberikan suatu nasehat yang sungguh luar biasa dan memberikan suatu gambaran utuh tentang sebuah arti syukur dalam kehidupan. Di suatu tempat aku dan sahabatku berbincang-bincang :

 

”Ya...aku mengerti apa yang kau alami, tidak hanya kamu akupun sendiri pernah mengalami dan mungkin banyak orang lainnya, sekarang aku akan ambil satu kertas putih kosong dan aku tunjukkan padamu, apa yang kamu lihat ?”, ucap sahabatku.

 

”Aku tidak melihat apa-apa semuanya putih”, jawabku lirih.

 

Sambil mengambil spidol hitam dan membuat satu titik ditengah kertasnya, sahabatku berkata ”Nah..sekarang aku telah beri sebuah titik hitam diatas kertas itu, sekarang gambar apa yang kamu lihat?”.

”Aku melihat satu titik hitam”, jawabku cepat.

 

”Pastikan lagi !”, timpal sahabatku.

”titik hitam”, jawabku dengan yakin.

 

”Sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Kenapa engkau hanya melihat satu titik hitam saja dari kertas tadi? cobalah rubah sudut pandangmu, menurutku yang kulihat bukan titik hitam tapi tetap sebuah kertas putih meski ada satu noda didalamnya, aku melihat lebih banyak warna putih dari kertas tersebut sedangkan kenapa engkau hanya melihat hitamnya saja dan itu pun hanya setitik ?”. Jawab Sahabatku dengan lantang,

 

”Sekarang mengertikah kamu ?, Dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidupmu tergantung dari sudut pandangmu memandang hidup itu sendiri, jika engkau selalu melihat titik hitam tadi yang bisa diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan menemani dalam hidupmu”.

 

”Cobalah fahami, bukankah disekelilingmu penuh dengan warna putih, yang artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kamu, kamu masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh dan sehat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari istrimu daripada kekurangannya, berapa banyak suami-suami yang kehilangan istrinya ?, Juga begitu banyak kebaikan dari pekerjaanmu dilain sisi banyak orang yang antri dan menderita karena mencari pekerjaan. Begitu banyak orang yang lebih miskin bahkan lebih kekurangan daripada kamu, kamu masih memiliki rumah untuk berteduh, aset sebagai simpananmu di hari tua, tabungan , asuransi dan teman-teman yang baik yang selalu mendukungmu. Kenapa engkau selalu melihat sebuah titik hitam saja dalam hidupmu ?” dan juga........ ......... .

 

”Itulah kamu, betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kamu. Itulah kamu, betapa mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kamu lupa kelemahan dan kekurangan diri kamu.. Itulah kamu, betapa mudahnya kamu menyalahkan dan mengingkari- Nya atas kesusahan hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya dalam hidupmu. Itulah kamu betapa mudahnya menyesali hidup kamu padahal banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kamu dan menanti kamu”.

 

Mengapa kamu hanya melihat satu titik hitam pada kertas ini? PADAHAL SEBAGIAN KERTAS INI BERWARNA PUTIH ?, sekarang mengetikah engkau ?” ucap sahabatku sambil pergi (entah kemana).

 

”Ya aku mengerti”, ucapku lirih. Kertas itu aku ambil, aku buatkan satu pigora indah dan aku gantung di dinding rumahku. Bukan untuk SESEMBAHAN bagiku tapi sebagai PENGINGAT dikala lupa,..lupa. ..bahwa begitu banyak warna putih di hidupku daripada sebuah titik hitam. Sejak itu aku mencintai HIDUP ini. Bisa Hidup adalah suatu anugerah yang paling besar yang diberikan kepada kita oleh Perekayasa Agung. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Pak Mariopun juga pernah berpesan kepadaku :

 

”Kadang-kadang Tuhan menaruh kita pada tempat yang sulit supaya kita tahu dan menyadari bahwa tidak ada yang sulit bagi Tuhan” (MT)

Tahukah rekan-rekan, kata-kata inilah yang menemani gambar kertas putih (bukan titik hitam) dipigoraku.

Terusan Email dari Sophie

Thursday, March 19, 2009

4 Isteri

Dahulu kala...
Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri.


Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri...


Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.


Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu.


Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.


Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat. Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu
berpikir, 'Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku akan sendiri'.


Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, 'Sampai saat ini, aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?'


'Tidak akan!' balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.


Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, 'Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku?'


'Tidak!' sahut sang isteri. 'Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan menikah kembali!'


Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.


Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, 'Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku? '


'Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu! 'jawab isteri keduanya. 'Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju pemakamanmu. '


Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya.

 

Tiba-tiba, sebuah suara berkata: 'Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.'

 

Sang raja menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi.

 

Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata sendu, 'Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku masih punya banyak kesempatan!'


Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup kita....


'Isteri keempat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal.


Kemudian 'Isteri ketiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita. Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.

 

Sedangkan 'isteri kedua' kita adalah keluarga dan teman-teman kita. Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman.


Dan akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh, iman kita, yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu. Padahal, jiwa, roh, atau iman inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi.


Jadi perhatikan, tanamkan dan simpan baik-baik dalam hatimu sekarang! Hanya inilah hal terbaik yang bisa kau tunjukkan pada dunia. Let it Shine!

Monday, March 16, 2009

Dia Yang Maha Sabar

"Siapakah DIA dan siapakah kita?        Dan Tuhan pun...

 

Aku : Tuhan.. aku butuh bantuan...
Tuhan : Katakanlah anak-Ku, Aku mendengarkanmu.
Aku : Tuhan, aku tidak punya uang, aku bingung harus bagaimana.
Tuhan : Tenanglah anak-Ku, Aku....
Aku : Tuhan, ada lagi...
Tuhan : Oh, masih adakah? Baiklah, katakan anak-Ku, Aku mendengarkanmu.
Aku : Aku tidak bisa berpikir Tuhan, seolah-olah semuanya sulit dilakukan.
Tuhan : Tenanglah anak-Ku, Aku...
Aku : Tunggu Tuhan! Masih ada lagi..
Tuhan : Oh baiklah anak-Ku sayang, katakanlah.
Aku : Tuhan, aku mulai mengalami kemunduran. Segala sesuatunya semakin memburuk. Aku merasa terpuruk Tuhan.
Tuhan : Apanya yang memburuk?
Aku : studiku, kondisi ekonomiku, semuanya Tuhan... semua...
Tuhan : Anak-Ku, tenanglah..
Aku : Aku harus bagaimana Tuhan?
Tuhan : Anak-Ku, dengarkanlah Aku.
Aku : Aku sudah mencoba berbagai cara, Tuhan katakanlah, aku harus bagaimana.?
Tuhan : Aku mengerti anak-Ku, dengarkanlah Aku.
Aku : Sebentar Tuhan, aku konsultasi dulu pada temanku, siapa tahu dia bisa membantu.
Tuhan : Baiklah anak-Ku, pergilah. Aku menunggumu.

************ ********* *********

Aku : Tuhan, aku kembali.
Tuhan : Bagaimana anak-Ku?
Aku : Temanku mengatakan agar aku bertanya pada-Mu.
Tuhan : Baiklah...
Aku : Bagaimana Tuhan? Aku harus bagaimana?
Tuhan : Dengarkan Aku, anak-Ku kekasih.
Aku : Oh Tuhan, sebentar, aku harus makan siang, perutku sudah lapar.
Tuhan : Baiklah anak-Ku, makanlah terlebih dulu.

************ ********* ********* *

Aku : Tuhan, aku datang. Bagaimana Tuhan?
Tuhan : Apakah makanannya enak?
Aku : Tentu saja, mama yang membuatnya.
Tuhan : Apakah kamu menyukai masakannya?
Aku : Tentu saja Tuhan, aku menyukainya
Tuhan : Apakah kamu kenyang?
Aku : Yup! Aku sangat kenyang. Bagaimana Tuhan? Masalahku yang tadi itu?
Tuhan : Oh ya, masalah yang tadi ya? Baiklah anak-Ku..
Aku : Beritahukan padaku Tuhan, apa yang harus aku lakukan.
Tuhan : Baiklah nak, dengarkanlah Aku.
Aku : Tuhan, aku bingung karena aku sekarang tidak memiliki uang sama sekali.
Tuhan : Iya anak-Ku, Aku tahu. Begini....
Aku : Aku bingung Tuhan, kalau aku tidak memiliki uang seperti ini, aku bingung, mau beli makanan susah, mau beli buku susah, mau beli bensin susah. Harga bensin naik lo Tuhan. Tuhan tahu kan ? Aku harus pergi ke sana ke mari. Bagaimana Tuhan?
Tuhan : Iya anak-Ku. Berikan Aku kesempatan untuk berkata-kata.
Aku : Oh maaf Tuhan, baiklah, katakan sesuatu.
Tuhan : Terima kasih.. Begini nak, tentang masalah yang kamu khawatirkan itu...
Aku : Ah Tuhan! Aku tahu! Ada sebuah buku yang membahas masalah kekhawatiran. Sebentar Tuhan, aku baca buku dulu yah, nanti kita sambung lagi.
Tuhan : Ya, baiklah.

************ ********* ********* ********* *

Aku : Hai Tuhan, It's me again. Aku sudah membacanya Tuhan. Aku tidak boleh khawatir, karena aku memiliki-Mu. Betul kan Tuhan?
Tuhan : I..
Aku : Dan Tuhan selalu tahu apa yang aku perlukan sehingga aku tidak perlu bingung akan apa yang aku makan dan apa yang aku pakai. Betul kan Tuhan?
Tuhan : Iy...
Aku : Selain itu, Tuhan juga begitu mengasihiku sehingga Tuhan pasti akan menyediakan dan mencukupi segala kebutuhanku kan Tuhan?
Tuhan : Iya anak-Ku. Itu benar.
Aku : Jadi aku harus bagaimana Tuhan? Apakah aku harus berdiam diri?
Tuhan : Dengarkanlah Aku anak-Ku.
Aku : Apakah aku harus bertanya pada Tuhan?
Tuhan : Maka dari itu, dengarkanlah Aku.
Aku : Apakah aku mengambil pelayanan di gereja saja ya Tuhan? Apa yang Tuhan inginkan? Katakan padaku, Tuhan.
Tuhan : Baiklah anak-Ku. Dengarkanlah ini.
Aku : *hoahm...* Tuhan, aku terlalu lelah hari ini. Kita sambung besok saja  ya Tuhan. Good night. I love You.
Tuhan : ............ ....... I love you more.

*" Berapa banyak waktu yang kita sediakan untuk Tuhan berbicara kepada kita hari ini ? "*

"GOD hears more than u say, GOD answers more than u ask & GOD gives more than u desire ; realized it"

Tuesday, March 03, 2009

Doa Malam

Bapa di surga .

Ya?

Jangan menyela. Aku sedang berdoa.

Tapi kamu memanggil-Ku.

Memanggil-Mu? Aku tidak memanggil-Mu. Aku sedang berdoa. Bapa di surga ...

Nah, ya'kan, kamu melakukannya lagi.

Melakukan apa?

Memanggil-Ku. Kamu bilang, "Bapa di surga." Aku di sini. Apa yang ada dalam benakmu?

Lho, aku tidak bermaksud apa-apa, kok. Aku ini'kan cuma sekedar mengucapkan doa malamku. Aku selalu berdoa sebelum tidur. Itu merupakan kewajibanku.

Oh, baiklah. Teruskan.

Aku mengucap syukur atas segala berkat-Mu ...

Sebentar. Berapa besar rasa syukurmu?

image002Apa?

Berapa besar rasa syukurmu atas segala berkat-Ku?

Aku.yah.aku tidak tahu. Aku tidak peduli. Bukankah itu memang bagian dari doa? Begitulah mereka mengajarku berdoa.

Oh, baiklah. Teruskan.

Teruskan?

Ya, teruskan doamu.

Oh, ya. Berkatilah mereka yang sakit, yang miskin dan yang menderita .

Apakah kamu bersungguh-sungguh?

Ya, tentu saja.

Apa yang telah kamu lakukan untuk itu?

Lakukan? Siapa, aku? Tidak ada, kurasa. Aku hanya berpikir bahwa semua akan menjadi baik jika Engkau yang berkuasa atas segala sesuatu di sini seperti.. Engkau berkuasa di atas sana, jadi manusia tidak perlu lagi menderita.

Apakah Aku berkuasa atasmu?

Hmmm, aku pergi ke gereja, aku memberi kolekte, aku tidak .

Bukan itu yang Aku minta. Bagaimana dengan tingkah lakumu? Teman-temanmu dan juga keluargamu menderita karena ulahmu. Juga caramu memboroskan uang.semuanya hanya untuk kepentingan dirimu sendiri saja. Dan bagaimana dengan buku-buku yang kamu baca?

Berhentilah mencelaku. Aku ini sama baiknya dengan orang-orang lain yang pergi ke gereja setiap hari Minggu.

Ah, maaf.  Aku pikir engkau meminta-Ku untuk memberkati mereka yang berkekurangan. Agar hal itu terjadi, Aku perlu bantuan dari mereka yang memintanya.seperti kamu misalnya.

Tolong, Bapa. Aku perlu menyelesaikan doaku. Ini sudah jauh lebih lama dari biasanya. Berkatilah para misionarismu agar mereka dapat menolong orang-orang yang menderita.

Maksudmu orang-orang seperti Dion?

Dion?

Ya, anak yang tinggal di ujung jalan itu.

Dion. tapi dia itu suka merokok dan mabuk-mabukan, dan tidak pernah pergi ke gereja.

Pernahkah kamu melihat ke dalam hatinya?

Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin.

Aku melihatnya. Hatinya adalah salah satu dari hati yang paling pedih dan menderita.

Baiklah, kiranya Engkau mengutus misionaris-Mu ke sana, ya Tuhan.

Bukankah kamu yang harus menjadi misionaris-Ku, utusan-Ku? Aku rasa Aku telah menyatakannya dengan amat jelas dalam setiap Misa.

Hei, sebentar. Apa-apaan ini. Apakah ini hari "Pengkritikan-ku"?  Aku ini sedang melakukan kewajibanku, melaksanakan perintah-Mu untuk berdoa. Dan tiba-tiba saja Engkau menyerobot masuk dan mulai membeberkan semua kesalahanku.

Ah, kamu memanggil-Ku. Jadi, Aku di sini. Teruskan doamu. Aku tertarik dengan bagian selanjutnya. Kamu belum mengubah susunan doamu'kan? Ayo...

Aku tidak mau.

Kenapa tidak mau?

Aku tahu apa yang akan Engkau katakan.

Ayo, coba dan lihatlah.

Ampunilah segala dosaku . dan bantulah aku untuk mengampuni sesamaku.

Bagaimana dengan Billy?

Nah, betul'kan. Sudah kuduga. Aku tahu Engkau akan mengungkit-ungkit masalah itu. Dengar Tuhan, ia berbohong tentang aku sehingga aku dikucilkan. Semua temanku menyangka bahwa aku ini seorang pembohong besar, padahal aku tidak melakukan apa-apa. Lihat saja, akan kubalas dia!

Tetapi, doamu? Bagaimana dengan doamu?

Aku tidak bersungguh-sungguh.

Baiklah, setidak-tidaknya kamu berkata jujur. Aku pikir kamu memang senang membawa dendammu itu kemana-mana, ya'kan?

Tidak, aku tidak suka. Tetapi aku akan segera merasa puas begitu dendamku itu terbalaskan.

Kamu mau tahu suatu rahasia?

Rahasia apa?

Kamu tidak akan merasa puas, malahan akan semakin parah. Dengarkan Aku, kamu mengampuni Billy dan Aku akan mengampunimu.

Tapi Tuhan, aku tidak dapat mengampuni Billy.

Kalau begitu, Aku juga tidak dapat mengampunimu.

Sungguh, apa pun yang terjadi?

Sungguh, apa pun yang terjadi. Ah, kamu belum selesai dengan doamu. Teruskanlah.

Oh, ya .bantulah aku untuk menguasai diriku dan jauhkanlah aku dari pencobaan.

Bagus, bagus. Aku akan melakukannya. Tetapi kamu sendiri, jauhilah tempat-tempat di mana kamu dapat dengan mudah dicobai.

Apa maksud-Mu, Tuhan?

Berhentilah berkeliaran di rak-rak majalah dan menghabiskan waktumu di sana. Sebagian dari yang ditawarkan di sana, cepat atau lambat akan mempengaruhimu. Tiba-tiba saja kamu akan sudah terjerumus dalam hal-hal yang mengerikan . dan jika itu terjadi, jangan memperalat-Ku sebagai pintu keluar darurat.

Pintu keluar darurat? Aku tidak mengerti.

Tentu kamu mengerti. Kamu telah melakukannya berulang kali. kamu terjerumus dalam situasi gawat, kemudian kamu datang kepada-Ku. "Tuhan, bantulah aku untuk keluar dari masalah ini dan aku berjanji tidak akan melakukannya lagi." Sungguh mengherankan, kekhusukan dan kesungguhan doamu meningkat drastis apabila kamu ditimpa masalah. Ingatkah kamu sebagian dari tawar-menawar yang kamu coba lakukan dengan-Ku?

Hmmm, aku tidak..Oh ya,..ketika guruku memergokiku menonton film tentang..Astaga!

Ingatkah kamu bagaimana kamu berdoa? "Ya Tuhan. Jangan biarkan dia melaporkannya pada ibuku. Aku berjanji mulai sekarang tidak akan lagi menonton film tujuh belas tahun ke atas." Dia tidak melaporkannya kepada ibumu, tetapi kamu tidak menepati janjimu, ya'kan?

Tuhan, aku melanggar janjiku. Aku sungguh menyesal.

Baik, lanjutkan doamu.

Sebentar, Bapa. Aku ingin bertanya sesuatu kepada-Mu. Apakah Engkau selalu mendengarkan doa-doaku?

Ya, setiap kata; setiap saat.

Kalau begitu, mengapa Engkau tidak pernah menjawabku sebelumnya?

Berapa banyakkah kesempatan yang kamu berikan pada-Ku? Tidak ada cukup waktu antara kata "Amin"-mu dan kepalamu menumbuk bantal. Bagaimana Aku dapat menjawabmu?

Engkau dapat, jika saja Engkau sungguh menghendakinya.

Tidak. Aku dapat hanya jika "kamu" sungguh menghendakinya. Anak-Ku, Aku selalu rindu untuk berbicara denganmu.

Bapa, maafkan aku. Maukah Engkau mengampuniku?

Sudah kuampuni. Dan terima kasih, sudah  mengijinkan Aku menginterupsimu. Kadang-kadang Aku begitu rindu untuk dapat berbicara denganmu. Selamat malam. Aku mengasihimu.

Selamat malam, Bapa. Aku mengasihi-Mu juga.

Friday, February 13, 2009

Kisah 3 Pohon

Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka.


Pohon pertama berkata: "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya" .

Kemudian pohon kedua berkata: "Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku".

Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: "Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku" .

Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu... Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi...doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan jerami.

Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi... ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil. Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.

Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok dalam gelap.

Tahun demi tahun berganti..., dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.
Kemudian suatu hari...

Sepasang suami istri tiba di kandang.. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di dalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa.

 

Bertahun-tahun kemudian... Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Di tengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: "Diam!!!" Tenanglah". Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja di atas segala raja.

Akhirnya... Seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat dengan TUHAN, karena YESUSlah yang disalibkan padanya...

 

KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN, KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU. JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA, IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR. KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN, TETAPI TIDAK DENGAN CARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN..

BEGITU JUGA DENGAN KITA, KITA TIDAK SELALU TAHU APA RENCANA TUHAN BAGI KITA. KITA HANYA TAHU BAHWA JALAN-NYA BUKANLAH JALAN KITA, TETAPI JALAN-NYA ADALAH YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA...


'Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri" (Ams. 3:5)

Your Opinion

Nama:
Alamat Email:
Pendapat Anda tentang blog ini:

create form
lowongan kerja di rumah