Temukan Blueprint Rahasia untuk Meraih Ribuan Dollar melalui Affiliate Marketing

Why Abraham's Seed?

Blog ini diberi nama Abraham's Seed "Karena jika kita adalah milik Kristus kita juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Gal 3:29)

This blog is named with Abraham's Seed because "If you belong to Christ, then you are Abraham's seed, and heirs according to the promise." (Gal 3:29)
Read full story

Showing posts with label Inspiration. Show all posts
Showing posts with label Inspiration. Show all posts

Friday, August 06, 2010

Kekuatan Kerja Sama

Di Kanada pernah dilakukan percobaan pada 2 ekor kuda penarik beban. Hasilnya, kuda yang satu mampu menarik beban 5 ton, dan kuda yang ke 2 mampu menarik 4 ton. Kuda tsb kemudian disatukan untuk menarik beban, tahukah anda berapa ton beban yang sanggup ditarik oleh kedua kuda itu? Bila anda menjawab 9 ton, berarti anda keliru, karena mereka mampu menarik beban 13 ton. Itulah kekuatan dari kesatuan dan kerjasama.

 

Saya rasa setiap orang tahu manfaat positif dari kerjasama atau kerja tim. Namun berapa banyak dari kita yang mau mempraktekkannya dalam dunia kerja? Saat beban kerja menumpuk, atau kita diberi proyek yang besar, biasanya kita cenderung ingin mengerjakan pekerjaan itu sendiri. Kita tidak ingin berbagi tugas, karena menganggap nantinya hasil atau pendapatan yang akan kita terima akan berkurang. Padahal bila kita mau mengerjakannya bersama-sama, ada banyak keuntungan yang akan kita peroleh - pekerjaan akan cepat selesai, dengan waktu yang tersisa kita bisa mengerjakan tanggung jawab yang lain, kita pun tidak harus bekerja "rodi", membanting tulang yang pada akhirnya hanya akan membuat kita collapse.

 

Ingatlah bahwa saat ini bukan superman yang akan memenangkan pertandingan atau meraih keberhasilan, namun super team.

 

Bahkan John C.Maxwell mengatakan, "Kerjasama memberi anda peluang terbaik untuk mengubah visi menjadi kenyataan." Karena itu, carilah rekan kerja anda, berpetualanglah bersama dia. Dan lihatlah bagaimana Tuhan akan melipatgandakan usaha anda. Good luck.

Sunday, June 20, 2010

Pay It Forward

Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film "PAY IT FORWARD" bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.


Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: "PAY IT FORWARD"


Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.

Percobaanpun dimulai :
Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor. Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya "PAY IT FORWARD, MOM"


Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :"PAY IT FORWARD,MOM"


Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan : "PAY IT FORWARD, SON".


Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : "PAY IT FORWARD, SIR"


Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:"PAY IT FORWARD"


Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah "PAY IT FORWARD" tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.


Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.


Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.


Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: "PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU.

Wednesday, May 26, 2010

Roti Gosong

Ketika aku masih anak perempuan kecil, Ibu suka membuat sarapan dan makan malam.


Dan suatu malam, setelah ibu sudah membuat sarapan, bekerja keras sepanjang hari, malamnya menghidangkan sebuah piring berisi telur, saus dan roti panggang yang gosong di depan meja ayah.


Saya ingat, saat itu menunggu apa reaksi dari orang-orang di situ!


Akan tetapi, yang dilakukan ayah adalah mengambil roti panggang itu, tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah.


Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya mengoleskan mentega dan selai pada roti panggang itu dan menikmati setiap gigitannya!


Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena roti panggang yang gosong itu.


Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan:
"Sayang, aku suka roti panggang yang gosong."


Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai roti panggang gosong. Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, "Debbie, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah. Jadi sepotong roti panggang yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun!"


Apa yang saya pelajari di tahun-tahun berikutnya adalah belajar untuk menerima kesalahan orang lain, dan memilih untuk merayakan perbedaannya - adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi.


TUHAN Memberkati

Thursday, May 06, 2010

Bagian Kita & Bagian Tuhan

Suatu kali, di Taiwan ada seorang konglomerat dan pengusaha kaya. Hebatnya, kekayaan itu menurut banyak pihak diperoleh benar-benar dari nol. Karena itu, apa yang dilakukannya mampu menginspirasi banyak orang.


Suatu ketika, karena penasaran, ada seorang pemuda ingin belajar menimba pengalaman dari sang pengusaha. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya sang pemuda berhasil menemui si pengusaha sukses.


“Terimakasih Bapak mau menerima saya. Terus terang saya sangat ingin menimba pengalaman dari Bapak sehingga bisa sukses seperti Bapak,” ujar pemuda itu.


Mendengar permintaan itu, sang pengusaha tersenyum sejenak. Kemudian, ia pun meminta anak muda tadi menengadahkan tangannya. Si pemuda pun terheran-heran. Namun, lantas si pengusahapun menjelaskan maksudnya.

“Biar aku lihat garis tanganmu. Dan, simaklah baik-baik apa pendapatku tentangmu sebelum aku memberikan pelajaran seperti yang kamu minta,” jawab pengusaha tersebut. Setelah menengadahkan kedua tangannya, si pengusaha pun berkata, “Lihatlah telapak tanganmu ini. Di sini ada beberapa garis utama yang menentukan nasib. Di sana ada garis kehidupan. Kemudian, di sini ada garis rezeki dan ada pula garis jodoh. Sekarang, menggenggamlah. Di mana semua garis tadi?”

“Di dalam telapak tangan yang saya genggam.” Jawab si pemuda yang penasaran.

“Nah, apa artinya itu? Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir dan keadaanmu kelak, semua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Kamu lihat bukan? Bahwa semua garis tadi ada di tanganmu. Dan, begitulah rahasia suksesku selama ini. Aku berjuang dan berusaha dengan berbagai cara untuk menentukan nasibku sendiri,” terang si pengusaha. “Tetapi coba lihat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yang tidak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yang berada di luar kendalimu. Karena di sanalah letak kekuatan Sang Maha Pencipta yang kita tidak akan mampu lakukan dan itulah bagianNya Tuhan.

Genggam dan lakukan bagianmu dengan kerja keras dan sungguh, dan bawalah kepada Tuhan bagian yang tidak mampu engkau lakukan!

♥*•*•Do your best and God will do the REST•*•*♥

Tuesday, May 04, 2010

Tiga Karung Beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah
kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak
laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak
laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung
tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut
diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih
menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.

Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah
sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya: ” Ma, saya mau berhenti sekolah dan
membantu mama bekerja disawah”. Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata
: “Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu
harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu,
pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah
nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan
merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya
datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.

pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: “Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.

Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”.

Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras”. Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

 

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !”.

 

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

 

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

 

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

 

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

 

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.” Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

 

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.

 

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

 

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.” Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.

 

Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anak
saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: “Oh
Mamaku………………

 

Inti dari Cerita ini adalah:

Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan” Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: ” Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu… selamanya”.

Saturday, May 01, 2010

Kisah Seorang Anak

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa...!!!


Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan PERBUATAN LUAR BIASA. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya kanak-kanak yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China. Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.


Sejak ia berusia 10 tahun ( tahun 2001 ) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Sejak itu Zhang Da, demikian nama anak itu, hidup dengan sang ayah yang tidak bekerja, tidak bisa berjalan dan sakit-sakitan. Ia masih terlalu kecil untuk memikul tanggung jawab yang berat itu, namun ia tetap berjuang.


Ia bersekolah dengan berjalan kaki melewati hutan kecil. Karena tidak sarapan, diperjalanan itu ia makan daun-daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang ia mencoba memakan sejenis jamur atau rumput, sehingga ia tahu mana yang masih bisa diterima lidahnya dan mana yang tidak. Pulang sekolah, ia bekerja membelah batu-batu besar. Upah sebagai tukang batu digunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk ayahnya.


Setiap hari ia menggendong ayahnya kekamar mandi, menyeka dan juga memandikan ayahnya. Ia membeli beras dan membuatkan bubur untuk makan ayahnya.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter -dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.


Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!


Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, Sebut saja, mereka bisa membantumu. Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah! demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Wednesday, April 14, 2010

GiVe only the BeSt !!!‎

Suatu malam ada pria tua & istrinya memasuki sebuah lobi hotel kecil di Philadelpia. "Semua hotel besar dikota ini telah terisi, bisakah kau beri kami satu kamar saja?" kata pria tua itu. Pegawai hotel menjawab "semua kamar telah penuh krn ada 3 event besar yang bersamaan diadakan dikota itu,tapi saya tdk bisa menyuruh pasangan yang baik seperti Anda utk berhujan2 diluar sana pada pukul satu dini hari seperti ini, bersediakah anda berdua tidur dikamar saya?".


Keesokan harinya pada saat bayar tagihan, pria tua itu berkata pada si pegawai hotel "kamulah manajer yg seharusnya jadi bos hotel terbaik di USA, krn kamu lakukan pekerjaanmu dengan hati yang mau melayani, mungkin suatu hari saya bangunkan satu hotel utkmu". Pegawai hotel itu hanya ‎​ tersenyum lebar & melupakan kata2 pria tua itu, krn dia pikir dirinya hanya seorg pegawai biasa.


Kira-kira 2 tahun kemudian, ia menerima surat yg berisi tiket ke New York & permintaan agar ia jadi tamu pasangan tua tsb. Setelah berada di New York, pria tua mengajak si pegawai hotel itu kesudut jln antara Fifth Avenue & Thirty-Fourth Street, dimana ia menunjuk sebuah bangunan baru yg luar biasa megah dan mengatakan "Itulah hotel yang saya bangun utk kau kelola". Pegawai hotel itu adalah George.C.Boldt, menerima tawaran William Waldorf Astor si pria tua, utk jadi GM dr hotel Waldorf-Astoria, yg menjadi hotel terbaik didunia pada jamannya.....

Guy's, benar sekali bahwa sikap kita dalam bekerja sangat menentukan keberhasilan kita, bila kita bekerja hanya utk mencari uang semata, maka karier / hasil yg kita peroleh biasa2 aja.. Namun jika kita bekerja dengan hati yg mau melayani org lain, dgn motivasi bahwa pekerjaan kita hrs jadi berkat buat orang lain, maka jangan kaget kalo Tuhan akan mengangkat kita & memberi kita berkat yang melimpah....

So let's work for goodness

Wednesday, April 07, 2010

Mengampuni

Pada hari Minggu pagi tanggal 8 November 1987 seorang pria Irlandia, Gordon Wilson, bersama putrinya yang berusia 28 tahun, Marie, pergi menonton pawai di kota Enniskillen di Irlandia Utara. Ketika mereka berdiri di samping sebuah dinding batu sembari menantikan kesatuan prajurit dan polisi Inggeris berbaris melewati mereka, sebuah bom dari teroris IRA (Irish Republican Army) meledak di belakang mereka.

Enam orang tewas seketika karena ledakan itu. Gordon dan putrinya terkubur beberapa meter di bawah tumpukan batu. Gordon merasakan bahu dan lengannya terluka, tetapi ia tidak dapat bergerak. Kemudian, ia merasakan ada seseorang menyentuh jari-jarinya.

Ini Ayah, kan?” bisik Marie.

“Betul, Marie,” sahut ayahnya.

Gordon mendengar suara-suara samar orang-orang yang berteriak kesakitan, kemudian suara yang jauh lebih jelas, yakni teriakan maria. Ia meramas tangan putrinya kuat-kuat sambil berkali-kali bertanya apakah ia baik-baik saja. Di antara jerit kesakitannya, Marie berkali-kali meyakinkan ayahnya bahwa ia baik-baik saja.

”Ayah, aku sangat mengasihi Ayah,” itulah kata-kata terakhir putrinya yang didengar Gordon. Empat jam kemudian, setelah mereka akhirnya diselamatkan, Marie meninggal dunia di rumah sakit karena mengalami kerusakan parah di otak dan tulang belakang.

Selanjutnya siang itu, seorang wartawan BBC ingin mewawancarai Gordon. Setelah ia menggambarkan apa yang sedang terjadi, wartawan itu bertanya kepada Gordon, ”Bagaimana perasaan anda terhadap orang yang memasang bom itu?”

Jawabannya sangat mengejutkan. ”Saya tidak membenci mereka,” sahut Gordon. ”Saya tidak dendam kepada mereka. Kata-kata yang sengit tidak akan menghidupkan Marie Wilson kembali. Saya akan berdoa malam ini dan setiap malam agar Allah mengampuni mereka.” Sebagian orang menduga bahwa pernyataan itulah yang akhirnya menenangkan kelompok-kelompok militer yang sebelumnya sangat marah terhadap pengeboman itu, dan hal itu mencegah terjadinya suatu serangan balasan yang berdarah.

Pada bulan berikutnya, banyak orang bertanya kepada Gordon yang pada akhirnya menjadi senator Republik Irlandia tentang bagaimana ia dapat mengampuni tindakan kejam yang didasari kebencian tersebut.

“Hati saya terluka,” ujar Gordon. “Saya telah kehilangan putri saya, tetapi saya tidak marah. Kata-kata terakhir Marie kepada saya, kata-kata kasih, menumbuhkan kasih saya. Saya menerima anugerah Allah untuk mengampuni melalui kekuatan kasihNya bagi saya.Selama bertahun-tahun setelah tragedi yang merengut nyawa putrinya dan yang juga nyaris merengut nyawanya sendiri itu, Gordon Wilson bekerja tanpa mengenal lelah untuk memperjuangkan kedamaian dan rekonsiliasi di Irlandia Utara sampai akhir hayatnya.

Inspirasi

Gordon Wilson telah mengalami anugerah Allah, kasih dan pengampunanNya yang melingkupi segalanya. Manakala anugerah menyentuh kehidupan kita, maka kita merasa diampuni dan dibebaskan dari belenggu pada bagian terpenting dalam kehidupan kita, dan kita pun mendapatkan anugerah untuk mengampuni orang lain. Anugerah dan pengampunan semacam itu dapat membawa kedamaian di mana ada perselisihan, membawa pemulihan di mana ada keputusasaan. Anugerah semacam itu dapat mengubah kehidupan kita dan kehidupan orang-orang di sekeliling kita, bahkan mereka yang melukai hati kita untuk selama-lamanya.

”Mengampuni dengan alasan apa pun bukanlah bentuk dari kemurahan kristiani, melainkan keadilan semata. Menjadi seorang kristiani berarti harus mengampuni hal yang tak terampuni, karena Allah telah mengampuni hal yang tak terampuni dalam diri Anda”. -

C.S LEWIS”Sebab itu, sebagai anak-anak yang terkasih, teladanilah Allah dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah.” -

Epesus 5: 1  Sumber: Buletin BAIT Edisi 73.

Wednesday, February 24, 2010

Tolong, Jangan Bangunkan Dia!

Ada seorang gadis kecil berdiri di pinggir keramaian selagi ayahnya memberikan suatu kesaksian tentang apa yang telah diperbuat Tuhan Yesus dalam hidupnya. Dia menyaksikan bagaimana Tuhan telah menyelamatkan dia dan menarik dia dari gaya hidupnya sebagai seorang pemabuk.


Pada hari itu ada seorang sinis yang berdiri di antara kerumunan tersebut yang tidak tahan lagi mendengar segala omong kosong tentang agama tersebut. Dia berteriak, "Kenapa anda tidak duduk dan diam saja, orang tua. Anda hanyalah bermimpi."

Tak beberapa lama, orang skeptik ini merasa ada tarikan di lengan jaketnya. Dia menoleh ke bawah dan ternyata itu adalah gadis kecil ini. Anak itu menatapnya lekat-lekat dan berkata, "Tuan, itu adalah ayah saya yang anda bicarakan. Anda mengatakan ayah saya seorang pemimpi? Biar saya ceritakan kepada anda tentang ayah saya.

"Ayah saya dulu seorang pemabuk dan malam-malam pulang ke rumah, dan memukuli ibu saya. Ibu menangis sepanjang malam. Dan Tuan, kami tidak memiliki pakaian-pakaian bagus untuk dipakai karena ayah saya membelanjakan seluruh uangnya untuk whiski. Kadang-kadang saya bahkan tidak memiliki sepatu untuk dikenakan ke sekolah. Tapi lihatlah sepatu dan baju ini! Ayah saya mempunyai pekerjaan yang baik sekarang!".

Lalu sambil menunjuk ke suatu arah, dia mengatakan, "Apakah anda melihat seorang wanita yang sedang tersenyum di sana? Itu adalah ibu saya. Dia tidak menangis sepanjang malam lagi sekarang. Sekarang dia menyanyi."

Kemudian suatu pukulan yang hebat. Anak itu berkata, "Yesus telah merubah ayah saya. Yesus telah merubah rumah kami. Tuan, jika ayah saya sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan dia!"

Sunday, November 29, 2009

Anak Anjing

Seorang petani mempunyai beberapa anak anjing yang akan di jualnya. Dia menulisi papan untuk mengiklankan anak-anak anjing tersebut, dan memakukannya pada tiang di pinggir halamannya.


Ketika dia sedang dalam perjalanan untuk memasangnya, dia merasakan tarikan pada bajunya. Dia memandang ke bawah dan bertemu mata dengan seorang anak laki-laki kecil.


"Tuan," anak itu berkata, "Saya ingin membeli salah satu anak anjing anda."


"Yah," kata si petani, sambil mengusap keringat di lehernya,


"Anak-anak anjing ini berasal dari keturunan yang bagus dan cukup mahal harganya."


Anak itu tertunduk sejenak, kemudian merogoh ke dalam saku bajunya, Ia menarik segenggam uang receh dan menunjukkannya kepada si petani.
"Saya punya tiga puluh sembilan sen. Apakah ini cukup untuk membelinya?"


"Tentu," kata si petani yang kemudian bersiul " Dolly, kemari!" panggilnya.


Dolly keluar dari rumah anjingnya dan berlari turun diikuti oleh anak-anaknya. Si anak laki-laki tersebut menempelkan wajahnya ke pagar, matanya bersinar-sinar. Sementara anjing-anjing tersebut berlarian menuju pagar, perhatian anak laki-laki tersebut beralih pada sesuatu yg bergerak di rumah anjing. Perlahan keluarlah seekor anak anjing, lebih kecil dari yang lain. Ia berlari menuruni lereng dan terpeleset. Kemudian dengan terpincang-pincang berlari, berusaha menyusul yang lain.


"Aku mau yang itu," kata si anak, menunjuk pada yang anak anjing kecil itu.

Sang petani berjongkok disampingnya dan berkata," Nak, kau tidak akan mau anak anjing yang itu, dia tidak akan bisa berlari dan bermain bersamamu seperti yang bisa dilakukan anak-anak anjing lainnya."


Anak itu melangkah menjauh dari pagar, meraih ke bawah, menggulung celana di salah satu kakinya, memperlihatkan penguat kaki dari logam yang melingkari kakinya hingga sepatu yg di buat khusus untuknya.
Ia memandang sang petani, dan berkata, "Anda lihat, tuan, saya juga tidak bisa berlari, dan anak anjing itu memerlukan seseorang yang memahaminya. "

Dunia penuh dengan orang-orang yang memerlukan seseorang lain yang mau memahaminya.


"Sebab barangsiapa malu karena Aku, Aku-pun akan malu karena orang itu di hadapan Bapa-Ku" - Lukas 9:26 (diringkas)

Thursday, November 19, 2009

Dermawan Rahasia

Sebagai seorang supir selama beberapa tahun di sekitar awal tahun 1910-an, ayahku menyaksikan majikannya yang kaya raya secara diam-diam memberikan uang kepada banyak orang, dan sadar bahwa mereka tidak akan pernah mampu mengembalikan uang itu.

 

Ada satu cerita yang menonjol dalam kenanganku di antara banyak cerita yang disampaikan ayahku kepadaku. Pada suatu hari, ayahku mengantar majikannya ke sebuah kota lain untuk menghadiri sebuah pertemuan bisnis. Sebelum masuk ke kota itu, mereka berhenti untuk makan sandwich sebagai ganti santap siang.


Ketika mereka sedang makan, beberapa orang anak lewat, masing-masing menggelindingkan sebuah roda yang terbuat dari kaleng. Salah seorang di antara anak-anak itu pincang. Setelah memperhatikan lebih dekat, majikan ayahku tahu bahwa anak itu menderita club foot. Ia keluar dari mobil dan menghentikan anak itu.


"Apakah kakimu membuatmu susah?" tanya orang itu kepada si anak.


"Ya, lariku memang terhambat karenanya," sahut anak itu.


"Dan aku harus memotong sepatuku supaya agak enak dipakai. Tapi aku sudah ketinggalan. Buat apa tanya-tanya?"


"Mm, aku mungkin ingin membantu membetulkan kakimu. Apakah kamu mau?"


"Tentu saja," jawab anak itu. Anak itu senang tetapi agak bingung menjawab pertanyaan itu.


Pengusaha sukses itu mencatat nama si anak lalu kembali ke mobil. Sementara itu, anak itu kembali menggelindingkan rodanya menyusul teman-temannya. Setelah majikan ayahku kembali ke mobil, ia berkata, "Woody, anak yang pincang itu... namanya Jimmy. Umurnya delapan tahun. Cari tahu di mana ia tinggal lalu catat nama dan alamat orang tuanya. " Ia menyerahkan kepada ayahku secarik kertas bertuliskan nama anak tadi.


"Datangi orang tua anak itu siang ini juga dan lakukan yang terbaik untuk mendapatkan izin dari orang tuanya agar aku dapat mengusahakan operasinya. Urusan administrasinya biar besok saja. Katakan, aku yang menanggung seluruh biayanya."

 

Mereka meneruskan makan sandwich, kemudian ayahku mengantar majikannya ke pertemuan bisnis.


Tidak sulit menemukan alamat rumah Jimmy dari sebuah toko obat di dekat situ. Kebanyakan orang kenal dengan anak pincang itu. Rumah kecil tempat Jimmy dan keluarganya tinggal sudah harus di cat ulang dan diperbaiki di sana sini. Ketika memandang ke sekeliling, ayahku melihat baju compang-camping dan bertambal-tambal dijemur di seutas tali di samping rumah. Sebuah ban bekas digantungkan pada seutas tambang pula pada sebuah pohon oak, tampaknya untuk ayunan. Seorang wanita usia tiga puluh limaan menjawab ketukan pintu dan membuka pintu yang engselnya sudah berkarat. Ia tampak kelelahan, dan tampangnya menunjukkan bahwa hidupnya  terlalu keras.

 

"Selamat siang," ucap ayahku memberi salam. "Apakah Anda ibu Jimmy?"

 

Wanita itu agak mengerutkan dahinya sebelum menyahut. "Ya. Apakah ia bermasalah?" Matanya menyapu ke arah seragam ayahku yang bagus dan disetrika rapi.

"Tidak, Bu. Saya mewakili seorang yang sangat kaya raya yang ingin mengusahakan kaki anak Anda dioperasi agar dapat bermain seperti teman-temannya."


"Apa-apaan ini, Bung? Tak ada yang gratis dalam hidup ini."

"Ini bukan main-main. Apabila saya diperbolehkan menerangkannya kepada Anda dan suami Anda, jika ia ada saya kira semuanya akan jelas. Saya tahu ini mengejutkan. Saya tidak menyalahkan bila Anda merasa curiga."

Ia menatap ayahku sekali lagi, dan masih dengan ragu-ragu, ia mempersilahkannya masuk. "Henry," serunya ke arah dapur, "Ke mari dan bicaralah dengan orang ini. Katanya ia ingin menolong membetulkan kaki  Jimmy."


Selama hampir satu jam, ayahku menguraikan rencananya dan menjawab pertanyaan-pertanya an mereka. "Apabila Anda mengizinkan Jimmy menjalani operasi," katanya, "Saya akan mengirimkan surat-suratnya untuk Anda tandatangani. Sekali lagi, kami yang akan menanggung seluruh biayanya."


Masih belum bebas dari rasa terkejut, orang tua Jimmy saling memandang di antara mereka. Tampaknya mereka masih belum yakin. "Ini kartu nama saya. Saya akan menyertakan sebuah surat kalau nanti saya mengirimkan dokumen-dokumen perizinan. Semua yang telah kita bicarakan akan saya tuliskan dalam surat itu. Andai kata masih ada pertanyaan, telepon atau tulis surat ke alamat ini." Tampaknya sedikit banyak ini memberi mereka kepastian. Ayahku pergi. Tugasnya telah ia laksanakan.


Belakangan, majikan ayahku menghubungi walikota, meminta agar seseorang dikirim ke rumah Jimmy untuk meyakinkan keluarga itu bahwa tawaran tersebut tidak melanggar hukum. Tentu saja, nama sang dermawan tidak disebutkan.

 

Tidak lama kemudian, dengan surat-surat perizinan yang telah ditandatangani, ayahku membawa Jimmy ke sebuah rumah sakit mewah di negara bagian lain untuk yang pertama dari lima operasi pada kakinya. Operasi-operasi itu sukses. Jimmy menjadi anak paling disukai oleh para perawat di bangsal ortopedi rumah sakit itu. Air mata dan peluk cium seperti tak ada habisnya ketika ia akhirnya harus meninggalkan rumah sakit itu. Mereka memberikannya sebuah kenang-kenangan, sebagai tanda syukur dan peduli mereka... sepasang sepatu baru, yang dibuat khusus untuk kaki "baru"nya.


Jimmy dan ayahku menjadi sangat akrab karena sekian kali mengantarnya pulang dan pergi ke rumah sakit. Pada kebersamaan mereka yang terakhir, mereka bernyanyi-nyanyi, dan berbincang tentang apa yang akan diperbuat oleh Jimmy dengan kaki yang sudah normal dan sama-sama terdiam ketika mereka sudah sampai ke rumah Jimmy. Sebuah senyum membanjiri wajah Jimmy ketika mereka tiba di rumah dan ia melangkah turun dari mobil. Orangtua dan dua saudara laki-lakinya berdiri berjajar di beranda rumah yang sudah tua itu. "Diam di sana, " seru Jimmy kepada mereka. Mereka memandang dengan takjub ketika Jimmy berjalan ke arah mereka. Kakinya sudah tidak pincang lagi. Peluk, cium dan senyum seakan tak ada habisnya untuk menyambut anak yang kakinya telah "dibetulkan" itu. Orang tuanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum ketika memandangnya. Mereka masih tidak bisa percaya ada orang yang belum pernah mereka kenal mengeluarkan uang begitu banyak untuk membetulkan kaki seorang anak laki-laki yang juga tidak dikenalnya.


Dermawan yang kaya raya itu melepas kacamata dan mengusap air matanya ketika ia mendengar cerita tentang anak yang pulang ke rumah itu. "Kerjakan satu hal lagi, " katanya, "Menjelang Natal, hubungi sebuah toko sepatu yang baik. Buat mereka mengirimkan undangan kepada setiap anggota keluarga Jimmy untuk datang ke toko mereka dan memilih sepatu yang mereka inginkan. Aku akan membayar semuanya. Dan beritahu mereka bahwa aku melakukan ini hanya sekali. Aku tidak ingin mereka menjadi tergantung kepadaku."


Jimmy menjadi seorang pengusaha sukses sampai ia meninggal beberapa tahun yang lalu. Sepengetahuanku, Jimmy tidak pernah tahu siapa yang membiayai operasi kakinya.

 

Dermawannya, adalah Mr. HENRY FORD, yang selalu mengatakan 'lebih menyenangkan berbuat  sesuatu untuk orang yang tidak tahu siapa yang telah melakukannya.'

 

"Ada kebahagiaan yang kita rasakan dari menolong orang lain"
(Paul Newman)

 

By : Woody McKay Jr,

Monday, November 09, 2009

Malaikat Yang Baik

Alkisah, di surga seorang malaikat senior sedang membimbing seorang malaikat junior yang akan melakukan PKN (Praktik Kerja Nyata) di bumi.

Malaikat Senior: ”Dik, sudah saatnya kamu melihat bagaimana kehidupan di bumi. Nanti kalau kita sudah tiba di bumi, pelajari segala sesuatu dengan baik ya, tapi ingat, kamu tidak usah bicara macam-macam kepada orang-orang di bumi, biar aku saja yang berbicara. Mengerti?”

Malaikat Junior: ”Baik, Bang!”

Maka turunlah kedua malaikat tersebut ke bumi. Di bumi mereka mengambil rupa sebagai orang miskin. Setelah sehari penuh melakukan perjalanan, tibalah mereka di rumah seorang yang sangat kaya tetapi sangat kikir dan mengetuk pintu rumah tersebut sebab mereka mencari tumpangan untuk menginap.

Malakat Senior: ”Pak, bolehkah kami menumpang di rumah Bapak untuk semalam saja? Kami sudah sangat kelelahan dan tidak ada tempat untuk kami berteduh.” Orang Kaya: ”Hmmm... Bagaimana ya...” (Orang Kaya tersebut ragu-ragu untuk memberi tumpangan, padahal rumahnya sangat besar dan ada banyak kamar di dalamnya)
Malaikat Senior: ”Hanya semalam saja Pak, dan percayalah, kami tidak mempunyai maksud jahat kepada Bapak.”
Orang Kaya: ”Baiklah, kalian boleh menginap di rumahku ini, tapi hanya untuk semalam saja, ya! Aku mempunyai gudang di belakang rumah, kalian boleh tidur di sana, tapi ingat, jangan berbuat macam-macam, atau kupanggil satpam untuk mengusir kalian!”
Malaikat senior: ”Baik Pak, kami mengerti. Terima kasih.”

Maka masuklah kedua malaikat itu ke rumah tersebut menuju gudang di belakang rumah. Gudang tersebut sudah sangat jelek dan kotor karena hampir tidak pernah dibersihkan, bahkan beberapa bagian temboknya sudah hancur dan berlubang. Malaikat Junior karena sudah sangat lelah kemudian langsung tertidur, sedangkan Malaikat Senior malah berinisiatif untuk memperbaiki tembok yang berlubang. Dengan kemampuan supranaturalnya, tertamballah tembok yang berlubang tersebut.

Keesokan paginya, kedua malaikat tersebut berpamitan kepada pemilik rumah (si orang kaya). Si Orang Kaya karena kekhawatirannya memeriksa gudang rumahnya dan didapatinya bahwa tembok gudang tersebut telah diperbaiki. Ia sangat senang karena tanpa harus memanggil tukang bangunan dan mengeluarkan uang, kondisi tembok yang tadinya berlubang sudah kembali baik.

Kedua malaikat melanjutkan perjalanan mereka dan tibalah mereka di rumah sepasang suami istri yang sudah tua dan miskin namun sangat ramah dan baik hati. Kondisi rumah tersebut sudah sangat buruk, karena suami istri tersebut tidak mampu untuk memperbaiki rumah mereka. Mereka sudah tidak mempunyai apa-apa lagi, satu-satunya harta yang paling berharga yang mereka miliki adalah seekor sapi yang ada di belakang rumah mereka. Kedua malaikat mengetuk pintu rumah tersebut dan sang Suami membuka pintu rumah dan menyambut dengan ramah kedua malaikat itu.

Malakat Senior: ”Pak, bolehkah kami menumpang di rumah Bapak untuk semalam?”
Suami Miskin: ”Oh, silakan, Nak... kami justru sangat senang dengan kehadiran kalian, karena sudah lama kami tidak kedatangan tamu. Mari, silakan masuk.”
Malaikat Senior: ”Terima kasih, Pak.”

Maka masuklah kedua malaikat ke dalam rumah, dan di dalam rumah sang Istri pun menyambut dengan sangat ramah dan menjamu mereka. Mereka pun berbincang-bincang sampai tiba saatnya untuk beristirahat.

Suami Miskin: ”Karena di rumah ini hanya ada satu kamar, yaitu kamar kami saja, kalian boleh menggunakan kamar tersebut, biar aku dan istriku tidur di dipan di belakang saja.”
Malaikat Senior: ”Tapi Pak, kami kan menumpang di rumah ini...”
Suami Miskin: ”Ah, tidak apa-apa kok.”
Malaikat Senior: ”Terima kasih atas kebaikan Bapak.”

Akhirnya, suami istri dan kedua malaikat pun beristirahat. Malaikat Junior, seperti biasa, lebih dahulu terlelap daripada Malaikat Senior. Keesokan harinya, saat kedua malaikat terbangun, mereka mendapati sang Suami dan Istri menangis di belakang rumah.

Malaikat Senior: ”Ada apa, Pak? Mengapa Bapak menangis?”
Suami Miskin: ”Nak, bagaimana kami tidak bersedih, harta kami satu-satunya yang paling berharga, sapi milik kami, kini telah mati...”
Malaikat Senior: ”Sudahlah, Pak, jangan bersedih lagi. Nanti Tuhan pasti akan memberikan gantinya untuk Bapak. Bersabar saja ya, Pak...”

Kemudian setalah menghibur suami istri itu dan berbincang sejenak dengan mereka, kedua malaikat berpamitan kepada keluarga tersebut. Kedua malaikat kemudian memutuskan kembali ke surga. Di dalam perjalanan menuju surga, akhirnya Malaikat Junior dengan penasaran dan penuh rasa heran bertanya kepada Malaikat Senior.

Malaikat Junior: ”Bagaimana sih, Abang ini? Waktu kita menginap di rumah orang kaya yang kikir, Abang kok malah menolong orang itu dengan memperbaiki tembok gudangnya. Eh, sedangkan waktu kita menginap di rumah keluarga miskin, Abang malah tidak menolong mereka dengan memohon kepada Tuhan agar menghidupkan sapi milik mereka, padahal mereka sudah sangat baik kepada kita. Kasihan kan mereka... Padahal sapi itu adalah satu-satunya harta mereka yang paling berharga yang tersisa!”

Malaikat Senior: ”Kamu sih selalu tidur lebih awal, jadi kamu tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi. Biar kujelaskan ya, sebenarnya di dalam tembok gudang orang kaya itu terdapat banyak emas & benda-benda berharga lainnya. Aku berpikir, rasanya orang yang kikir seperti dia sudah tidak pantas dan layak lagi mendapat harta lebih banyak. Jadi aku menambal tembok tersebut justru supaya dia tidak bisa menemukannya. Sedangkan sewaktu kita menginap di rumah keluarga miskin, pada saat tengah malam waktu semua sudah terlelap, kecuali aku, datanglah rekan kerja kita, si malaikat maut, untuk mengambil nyawa sang Istri. Jadi waktu kulihat kejadian itu, aku berpikir, kasihan si Suami kalau istrinya diambil, pasti ia akan kesepian dan sangat bersedih, karena hanya istrinya lah keluarga bahkan sahabat satu-satunya di dunia ini. Lalu aku pun menyampaikan kepada malaikat maut supaya ia jangan mengambil nyawa sang Istri. Tapi malaikat maut bilang harus ada sesuatu yang bernyawa yang harus diambil sebagai ganti agar nyawa si Istri tidak diambil. Lalu aku berpikir, kan ada seekor sapi di belakang rumah, maka aku pun menawarkan supaya nyawa sapi itu saja yang diambil. Itulah sebabnya mengapa saat kita bangun, sapi tersebut  sudah mati. Begitu lho ceritanya...”
Malaikat Junior: ”Ooo...”

Ada banyak hal-hal di dalam hidup ini yang secara kasat mata kita anggap sebagi sesuatu yang buruk. Apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita sudah berdoa kepada Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, namun tetap saja rasanya kebaikan tidak berpihak kepada kita. Tetap saja keadaan hidup kita tidak berubah bahkan menjadi lebih buruk. Sedangkan orang lain yang mungkin tidak pernah dekat dengan Tuhan, tidak mengindahkan firmanNya, bahkan jahat perbuatannya, malah sepertinya selalu beruntung! Kita merasa Tuhan tidak adil! Kita merasa Tuhan memang menginginkan kita menderita! Namun semua hal-hal yang kita pikirkan tersebut sama sekali tidak benar. Karena keterbatasan jangkauan pikiran kita lah yang membuat kita tidak mampu untuk melihat kebaikan di balik apa yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita. Mungkin Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita mohonkan, namun itu bukan karena Ia tidak mengasihi kita. Justru karena kasihNya lah, maka Ia tidak mengabulkannya. Mungkin apabila Tuhan berikan, justru akan membawa kita jauh dari Tuhan bahkan mencelakakan kita! Demikian juga dengan segala berkat dan kelimpahan yang kita terima dari Tuhan, kalau kita tidak mampu mengelolanya dengan baik dan dipersembahkan untuk kemulian Tuhan, tetapi hanya untuk kesenangan kita sendiri, bukan tidak mungkin justru akan membawa hidup kita kepada kehancuran! (ingat kisah Salomo pada masa tuanya)

Ingatlah, Tuhan selalu merancangkan hal yang indah bagi hidup kita (Yer 29:11). Segala sesuatu yang mungkin saat ini kita alami, apakah itu hal yang baik maupun yang kurang baik, bahkan hal yang buruk sekalipun, jika kita dapat menerimanya dengan penuh ucapan syukur (1 Tes 5:18), maka kita akan tetap merasakan damai sejahtera Allah melimpah dalam hidup kita (Ef 4:6-7). Sebagaimana Allah mengizinkan hal-hal yang buruk menimpa Yusuf, bukan untuk menghancurkannya, tetapi justru untuk membawa Yusuf agar menjadi penolong dan berkat bagi banyak orang. Bersabarlah, nantikankanlah jawaban dan berkat-berkatNya, karena Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh 3:11).
Have a great monday...Tuhan memberkati..

Tuesday, September 29, 2009

Dua Bata Jelek

Pada saat saya off beberapa waktu yang lalu saya  bertemu dengan seorang kawan yang baru menikah 1 tahun… mereka adalah pasangan yang sudah cukup lama menjalin hubungan sebelum memutuskan untuk menikah...(maklum.. mereka sudah pacaran mulai kuliah..). Akan tetapi pada saat itu kawan tersebut bercerita bahwa dia mengalami masalah rumah tangga yang cukup berat, bahkan dia berencana untuk menceraikan istri yang baru dinikahi tersebut...

 

Kemudian saya meminta dia untuk menceritakan apa ”masalah berat” yang mengancam rumah tangganya tersebut. Ternyata yang menjadi masalah adalah cuma karena salah pengertian saja... sang istri belum memahami apa kemauan dari sang suami...

 

Saya lalu teringat sebuah kisah yang pernah saya baca beberapa tahun yang lalu dan mungkin bisa bermanfaat bagi kawan tersebut..

*

Kisah itu tentang seorang fisikawan yang memutuskan untuk menjadi biksu. Seperti yang kita ketahui, tidak ada biksu yang kaya... mereka terbiasa hidup apa adanya..(padahal kalau saja dia mau melanjutkan hidup sebagai fisikawan pastilah dia sudah kaya raya sekarang...)

Pada suatu ketika para biksu tersebut ingin membangun sebuah wihara untuk mereka beribadah. Akan tetapi setelah mereka sanggup membeli tanah untuk wihara, mereka jatuh bangkrut. Mereka terjerat hutang. Tidak ada bangunan diatas tanah itu, bahkan sebuah gubuk pun tidak ada. Pada minggu – minggu pertama, mereka tidur diatas pintu – pintu tua yang mereka beli murah dari pasar loak. Mereka mengganjal pintu – pintu itu dengan batu bata disetiap sudut untuk meninggikannya dari tanah (tidak ada matras – tentu saja, mereka adalah petapa hutan).

Mereka hanyalah biksu – biksu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Mereka tidak mampu membayar tukang (bahan – bahan bangunan saja sudah cukup mahal). Jadi fisikawan tersebut harus belajar cara bertukang : bagaimana menyiapkan pondasi, menyemen, dan memasang batu bata, mendirikan atap, memasang pipa – pipa (pokoknya semuanya...). Dia adalah seorang mantan fisikawan dan guru SMA sebelum menjadi biksu, tidak terbiasa bekerja kasar. Setelah beberapa tahun dia menjadi cukup terampil bertukang. Tetapi pada saat memulai, ternyata bertukang itu sangatlah sulit.

Kelihatannya gampang, membuat tembok dengan batu bata : tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. Ketika dia mulai memasang batu bata, dia ketok satu sisi untuk meratakannya, tapi sisi lainnya malah jadi naik. Lalu dia ratakan sisi yang naik itu, batu batanya jadi melenceng. Setelah diratakan kembali, sisi yang pertama malah terangkat lagi !!!!

Sebagai seorang biksu, dia memiliki kesabaran dan waktu sebanyak yang dia butuhkan. Dia pastikan setiap batu bata terpasang dengan sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya dia berhasil menyelesaikan tembok batu batanya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi hasil karyanya. Saat itulah dia melihatnya... Oh tidak... dia telah keliru menyusun dua buah batu bata. Semua batu bata yang lain sudah lurus, tetapi dua batu bata tersebut tampak miring. Mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Mereka meruntuhkannya...

Saat itu semen sudah terlanjur keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi biksu itu bertanya kepada kepala wihara apakah dia boleh membongkar tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru, atau kalau perlu, meledakkannya sekalian. Biksu itu telah berbuat kesalahan dan dia menjadi gundah gulana. Kepala wihara bilang tidak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.

Ketika biksu tersebut membawa tamu pertamanya berkunjung mengelilingi wihara yang baru setengah jadi, dia selalu menghindarkan membawa mereka melewati tembok batu bata yang dia buat. Biksu itu tidak suka jika ada orang yang melihatnya. Lalu suatu hari, kira – kira 3 – 4 bulan setelah dia membangun tembok itu, biksu tersebut berjalan dengan seorang pengunjung dan dia melihatnya.....

”Itu tembok yang indah,” pengunjung itu berkomentar dengan santainya.

”Pak,” biksu itu menjawab dengan terkejut, ”apakah kacamata Anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan anda sedang terganggu? Tidakkah anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?”

Apa yang pengunjung itu ucapkan selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan biksu tersebut terhadap tembok itu, berkenaan dengan diri dia sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata, ”Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga melihat 998 batu bata yang bagus.”

Biksu itu tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, dia mampu melihat batu bata  - batu bata lainnya selain dua bata jelek itu. Di atas, dibawah, di kiri, dan di kanan dari dua bata jelek itu adalah batu bata – batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih dari itu, jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak daripada dua bata jelek itu. Selama ini mata biksu itu hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah dia perbuat.... dia terbutakan oleh hal - hal lainnya. Itulah sebabnya biksu tersebut tidak tahan melihat tembok itu, atau tidak rela membiarkan orang lain melihatnya juga. Itulah sebabnya dia ingin menghancurkannya. Sekarang dia dapat melihat batu bata – batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tidak terlalu buruk lagi. Tembok itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung tadi, ” Sebuah tembok yang indah.”

Tembok itu masih tetap berdiri sampai hari ini, setelah puluhan tahun, namun biksu itu sudah lupa dimana letak persisnya dua bata jelek itu berada. Dia benar – benar tidak dapat melihat kesalahan itu lagi.

*

Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau bercerai karena semua yang mereka lihat dari diri pasangannya adalah ”dua bata jelek?” Berapa banyak diantara kita yang menjadi depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah ”dua bata jelek?” Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus (diatas, dibawah, dikiri, dan dikanan dari yang jelek....) namun pada saat itu kita tidak mampu melihatnya. Malahan setiap kali kita melihatnya, mata kita hanya terfokus pada kesalahan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat adalah kesalahan, dan kita mengira yang ada hanyalah kekeliruan semata, karena itu kita ingin menghancurkannya. Dan terkadang, sayangnya, kita benar – benar menghancurkan ”sebuah tembok yang indah”.

 

Kita semua memiliki ”dua buah bata jelek”, namun batu bata yang baik didalam diri kita masing – masing jauh lebih banyak daripada bata yang jelek. Begitu kita melihat batu bata yang baik, semua akan tampak tidak terlalu buruk lagi. Bukan hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan – kesalahan kita namun juga bisa menkmati hidup bersama pasangan kita....

 

Saya juga mempunyai beberapa kawan yang berprofesi sebagai tukang bangunan. Mereka memberi tahu saya tentang rahasia profesi mereka :

 

” Kami para tukang bangunan selalu membuat kesalahan,” katanya, ”tetapi kami bilang kepada pelanggan kami bahwa itu adalah ”ciri unik” yang tiada duanya di rumah – rumah yang lain. Lalu kami menagih biaya extra untuk ”ciri unik” tersebut !!!”

 

Jadi, ”ciri unik” di rumah anda, bisa jadi, awalnya adalah sebuah kesalahan. Dengan cara yang sama, apa yang anda kira sebagai kesalahan pada diri anda, rekan anda, pasangan anda, atau hidup pada umumnya, dapat menjadi sebuah ”ciri unik”, yang memperkaya hidup anda di dunia ini, ketika anda tidak lagi terfokus padanya...

Wednesday, September 23, 2009

Sang Pianis

Seorang ayah, yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia ingin melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.


Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.


Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.


Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.


Didorong olehrasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, Twinkle2 Little Star.

Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata "Teruslah bermain", dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu  dalam permainan piano tersebut. Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi GR (Gede Rasa), pikirnya "Gila,baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya,mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.


Apa implikasinya dalam hidup kita ? Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa, bahwa semua itu terjadi karena Allah ada di samping kita.

Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Allah di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi bila Allah ada di samping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita.

Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Allah yang selalu menyertai kita.

Thursday, September 17, 2009

Hukum Truk Sampah!

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba  sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.


Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya & mulai menjerit ke arah kami. Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang orang tersebut. Saya benar-benar heran dengan sikapnya yang bersahabat. Maka saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!" Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".


Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, & seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.


Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan. Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati.


Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka:
Kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.
Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu menghadapinya.
Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.

Tuesday, September 15, 2009

Memberi

Alkisah ada seorang anak berumur belasan tahun bernama Clark, yang pada suatu malam akan menonton sirkus bersama ayahnya. Ketika tiba di loket, Clark dan Ayahnya mengantri di belakang serombongan keluarga besar yang terdiri dari Bapak, Ibu dan 8 orang anaknya. Keluarga tadi terlihat bahagia malam itu dapat menonton sirkus. Dari pembicaraan yang terdengar oleh Clark dan Ayahnya, Clark tahu bahwa Bapak ke-8 anak tadi telah bekerja ekstra untuk dapat mengajak anak-anaknya menonton sirkus malam itu. Namun, ketika sampai di loket dan hendak membayar, wajah Bapak 8 anak tadi nampak pucat pasi. Ternyata uang 40 dollar yang telah dikumpulkannya dengan susah payah, tidak cukup untuk membayar tiket untuk 2 orang dewasa dan 8 anak yang total harganya 60 dollar. Pasangan suami istri itu pun saling berbisik, bagaimana harus mengatakan kepada anak2 mereka bahwa malam itu mereka batal nonton sirkus karena uangnya kurang. Sementara anak-anak nya tampak begitu gembira dan sudah tidak sabar untuk segera masuk ke sirkus. Tiba2 Ayah Clark menyapa Bapak 8 anak tadi dan berkata:
“Maaf Pak, uang ini tadi jatuh dari saku Bapak”,

sambil menjulurkan lembaran 20 dollar dan mengedipkan sebelah matanya. Bapak 8 anak tadi takjub dengan apa yg dilakukan Ayah Clark. Dengan mata berkaca-kaca, ia menerima uang tadi dan mengucapkan terima kasih kepada Ayah Clark, dan menyatakan betapa 20 dollar tadi sangat berarti bagi keluarganya. Tiket seharga 60 dollar pun terbayar dan dengan riang gembira keluarga besar itupun pun segera masuk ke dalam sirkus.

 

Setelah rombongan tadi masuk, Clark dan Ayahnya segera bergegas pulang.Ya, mereka batal nonton sirkus, karena uang Ayah Clark sudah diberikankepada Bapak 8 anak tadi. Malam itu, Clark merasa sangat bahagia. Ia tidak dapat menyaksikan sirkus, tapi telah menyaksikan dua orang Ayah hebat. Cerita di atas mengingatkan saya akan kekuatan memberi. The Power of Giving. Lebih tepatnya lagi “Giving and Receiving”. Karena memberi dan menerima, adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.


Dari cerita diatas, ada dua kebahagiaan yang terjadi dalam aktifitas memberi. Yaitu kebahagiaan bagi yang menerima, dan sekaligus kebahagiaan yang diperoleh si pemberi.Bapak 8 anak yang “diselamatkan” oleh Ayahnya Clark, tentu pada saat itu akan merasa sangat bahagia. Tapi Ayah Clark sendiri juga merasakan kebahagiaan yang sangat luar-biasa. Kekuatan memberi (dan menerima) ini demikian dahsyat karena merupakan esensi dari alam semesta itu sendiri. Tidak berlebihan apabila Deepak Chopra dalam 7 Spiritual Law of Success mencantumkan “Law of Giving” sebagai hukum kedua untuk sukses. Alam semesta berjalan menurut sirkulasi memberi dan menerima. Coba kita perhatikan.. Dalam seluruh fenomena alam, berjalan hukum memberi dan menerima. Manusia menghirup oksigen, dan menghembuskan karbon-dioksida, sementara tanaman menggunakan karbon-dioksida dalam proses foto sintesa dan membebaskan oksigen. Proses memberi dan menerima, membuat segala sesuatu di alam semesta ini berjalan, mengalir. Orang-orang jaman dahulu rupanya sangat memahami hal ini. Misalnya uang, alat tukar, dalam bahasa Inggris disebut currency, yang akar katanya adalah bahasa latin currere yang artinya mengalir.

 

Pertanyaan yang paling sering muncul adalah : Apakah yang harus saya berikan? Jawabannya sama dengan pertanyaan : Apa yang Anda ingin dapatkan? Jika Anda ingin mendapatkan kasih-sayang, berikan kasih sayang. Jika Anda ingin pengetahuan, sebarkanlah pengetahuan. Jika Anda ingin uang, maka berikanlah uang. Ya, ini sesuai dengan prinsip memberi dan menerima di atas, apa yang mengalir keluar dari Anda, adalah apa yang akan mengalir kembali kepada Anda. Alam semesta mengikuti hukum ini.Bahkan yang mengalir kembali kepada Anda, selalu lebih besar dari yang mengalir keluar dari Anda, karena semesta jauh lebih besar dari Anda! Jadi jika Anda ingin banyak uang, berikan uang. Ada yang bertanya, lalu bagaimana jika uang Anda belum banyak? Wah, kalau begitu Anda perlu memberi lebih banyak lagi :) Seandainya giving belum menjadi habit, sebetulnya ada beberapa tips yg bisa Anda terapkan. Jika dilaksanakan secara rutin, akan memperkuat syaraf giving Anda:


1. Hadiah.
Kemanapun Anda pergi untuk bertemu dengan seseorang, usahakan membawakan suatu hadiah, apapun bentuk hadiah tadi. Hal ini sebenarnya sudah diajarkan oleh orang tua kita jaman dahulu, namun sering kita lupakan. Perhatikan saja, orang tua kita dahulu setiap berkunjung ke rumah teman atau saudara selalu membawa oleh-oleh. Anda juga bisa memulai kebiasaan ini. Mungkin sekedar membawa sebungkus coklat, bunga atau doa. Ya, kalaupun terpaksa tangan Anda kosong, berikan doa ketika Anda bertemu dengan seseorang.
 
2. Bersyukur.
Syukuri setiap pemberian yang Anda terima hari ini. Lho, bagaimana jika hari ini saya tidak menerima pemberian apa-apa? Salah, Anda pasti menerima sesuatu dari alam semesta. Mulai dari udara pagi yang cerah, sinar matahari yang hangat, sapaan tetangga yang ramah, bahkan teguran dari orang tidak dikenal, bertemu teman lama yang Anda rindukan, dan masih banyak lagi. Ya tentu lebih konkret lagi apabila tiba-tiba hari ini ada yang memberikan handphone atau iPod baru kepada Anda. Jelas Anda harus syukuri apa yang Anda terima.
 
3. Cinta.
Berkomitmenlah untuk selalu berbagi apa yang Anda sebetulnya bisa berikan setiap saat : Cinta. Mungkin Anda langsung tertawa. Ah, kalau cuma cinta saya sudah berikan setiap saat untuk keluarga saya. Mungkin Anda benar. Yang harus Anda ingat adalah seperti kata Stephen Covey, Cinta adalah kata kerja, bukan kata benda. Artinya, harus di praktek-kan. Ya, kalau Anda sudah memiliki cinta untuk orang-orang terdekat Anda, praktek-kan. Berapa kali Anda dalam sehari memeluk dan mengusap kepala anak Anda? Berapa kali Anda dalam sehari mengucapkan bahwa Anda sayang suami/istri Anda?
 
4. Tawa.
Ini bukan hal sepele. Tertawa adalah ekspresi kebahagiaan. Bantulah orang-orang di sekitar Anda mengekspresikan rasa bahagia melalui tertawa. Berapa kali dalam sehari Anda tertawa? Tahukan Anda bahwa seorang anak tertawa rata2 150 kali dalam sehari, dan orang dewasa hanya 15 kali dalam sehari. Bergembiralah, bagikan tawa di rumah Anda, jika tidak nanti anak Anda lebih menyukai Mas Tukul daripada Anda.
 
5. Pengetahuan.
Anda pasti tahu sesuatu lebih baik dari seseorang. Mungkin Anda jago mengurus ikan Arwana, bagikan. Anda pintar dalam mengurus tanaman Aglonema? Bagikan. Anda pintar memasak, tulis resep dan bagikan. Bagikan pengetahuan Anda, karena pengetahuan adalah gift dari Yang Maha Kuasa.

Wednesday, August 19, 2009

Nikmatnya Rasa Sakit yang Tuhan Anugerahkan

Ini cerita lama dari acara reality show Oprah Winfrey, hari Sabtu 9 Sept 2006 di MetroTV. Pada acara tersebut ditampil-kan seorang gadis mungil berusia 5 tahun, asal USA, mengenakan kacamata plastik (mirip kacamata renang),lucu,manis, secara fisik terlihat normal (agak gemuk), dan berperilaku seperti anak-anak seusianya pada umumnya.

 

Hanya saja, si gadis kecil ini mengidap suatu penyakit bawaan sejak lahir yang sangat langka, yaitu tidak memiliki rasa sakit (tidak memiliki syaraf rasa sakit) di sekujur tubuhnya. Sejak bayi, si kecil jarang rewel, atau menangis. Hanya terkadang suhu badannya yang menghangat.

 

Penyakit bawaan yg diderita si kecil itupun baru diketahui (kalau tidak salah) ketika sang bocah mencolok-colok mata-nya karena gatal, dan tidak menangis kesakitan. Hanya saja darah tetap mengalir keluar. Akibat kejadian tersebut, satu matanya menjadi buta. Setelah kejadian itu, barulah dikenakan kacamata khusus untuk melindunginya.

 

Suatu ketika, ketika gigi si kecil sudah tumbuh, saat kedua orangtuanya agak lengah, si kecil sedang asyik menggigit-gigit jari tangannya sendiri hingga hancur. Tentu saja si kecil tetap tenang karena sama sekali tidak merasakan sakit.

 

Sebagai pencegahan, akhirnya diputuskan untuk mencabut semua giginya, tanpa sisa. Terutama sebagai pencegahan agar dia tidak sampai mengunyah lidahnya sendiri karena akan dianggap sebagai permen karet!! Karena kejadian-kejadian itulah, si kecil mendapat 'perhatian dan pengawasan extra' dari seluruh anggota keluarganya (kedua orang tuanya dan sang kakak). Karena dia telah kehilangan sensitifitas akan adanya bahaya-bahaya yang bisa menimpanya hingga kini.

 

* Bersyukurlah... karena Tuhan masih memberikan rasa sakit kpd kita, walaupun kita seringkali mengeluh karena rasa sakit tersebut. Ingatlah... karena rasa sakit yang kita miliki membawa berkah bagi kita dan orang lain... karena kita jadi tahu, bisa mengerti dan bisa ikut merasakan rasa sakit orang lain kalau tersakiti...

Sumber : GK Notes.

Thursday, July 23, 2009

Menghargai dan Menerima

Dahulu kala saya memiliki suatu keyakinan - atau lebih tepat lagi, suatu harapan - bahwa yang terpenting dalam pernikahan adalah menikahi seseeorang yang dikehendaki oleh Tuhan.Berlandaskan keyakinan itu saya berharap bahwa penyesuaian hidup berdua akan berjalan relatif mulus. Ternyata saya keliru (sekurang- kurangnya dalam kenyataan hidup pernikahan kami). Kenyataan bahwa Tuhan telah mempersatukan kami tidaklah sekali-kali berarti bahwa kehidupan pernikahan kami akan harmonis. Setiap hari kami dihadapkan dengan situasi-situasi yang menguji keharmonisan pernikahan kami! Setiap saat merupakan arena untuk kami belajar menyesuaikan "kehendakku" dengan "kehendakmu". Ternyata respect dan accept menjadi penting dalam proses mengharmoniskan pernikahan seseorang.

Pada waktu kita terbuai dalam amukan gelombang asmara, mudah bagi kita untuk melihat hal-hal yang menawan serta baik dalam diri pasangan kita. Untuk hal-hal yang menawan dan baik itulah kita memberikan rasa hormat kepadanya. Rasa hormat ini timbul secara alami karena kita memang merasakannya. Kita dapat mengatakan bahwa kita menghormatinya karena, "dia sensitif", atau "dia seorang yang jujur", dan seterusnya. Setelah menikahpun, kita masih dapat mengungkapkan penghargaan terhadap hal-hal yang baik yang kita lihat pada dirinya. Cinta memang mudah tumbuh dengan subur di atas tanah yang penuh dengan hal-hal yang menimbulkan rasa hormat.

Namun demikian, tanah tempat kita berpijak dan melangkah tidak selalu gembur dan menggemukkan tanaman. Adakalanya tanah itu berkerikil dan kering kerontang. Kita mendapatkan hal-hal yang tidak kita sukai dalam dirinya dan hal-hal ini membuat kita mengalami kesulitan dalam merasakan, apalagi memperlihatkan penghargaan kita kepadanya. Di sini saya tidak sedang membicarakan hal-hal atau perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan dosa. Yang saya maksudkan adalah perbedaan-perbedaan yang menyangkut cara berpikir dan kebiasaan hidup. Bukankah salah satu sumber pertengkaran kita adalah perbedaan berpikir dan kebiasaan hidup? Bukankah sering kali pertengkaran timbul karena kita merasa "tidak dimengerti"? Nah, hal- hal inilah yang sedang saya bicarakan yakni perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan cara berpikir dan kebiasaan hidup, yang akhirnya mencetuskan pertengkaran dan membuat kita sukar menghormati pasangan kita lagi.

Pada saat-saat seperti ini, kita ditantang untuk menerimanya, lengkap dengan segala "kelemahannya" (perbedaan-perbedaan itu). Saya menyukai definisi Webster's New World Dictionary yang melekatkan kata-kata "terutama dengan sukarela" pada kata menerima. Menerima dengan terpaksa bisa menyebabkan timbulnya kepahitan hidup, kebencian, rasa tertindas, dan kemuakan. Sebaliknya, menerima dengan sukarela menciptakan suasana kelegaan, kemerdekaan, dan kemandirian. Suasana seperti ini hanya dapat muncul apabila kita bersikap bahwa memang sebenarnya kita dipaksa untuk menerima, namun pada akhirnya kita harus dapat memilih menerimanya dengan seutuhnya.

Saya teringat akan situasi di jemaat Korintus di mana terjadi pelbagai perpecahan dan salah satu sumbernya adalah perbedaan pendapat. Dalam 1 Kor. 8, Rasul Paulus membahas mengenai makan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Sebagian jemaat berkeyakinan bahwa mereka tidak boleh memakan makanan tersebut, namun sebagian lagi berpandangan sebaliknya. Perhatikanlah nasehat saleh dari Rasul Paulus pada ayat 1, "Tentang daging persembahan berhala, kita tahu: 'kita semua mempunyai pengetahuan.' Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun." Rasul Paulus menerangkan bahwa memang pada dasarnya memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala tidaklah salah (ayat 4 hingga 6). Namun ia menekankan bahwa yang terpenting bukanlah hal memiliki pengetahuan ini. Dengan kata lain, bukan "apa"-nya, yang terpenting, melainkan hal menerapkan pengetahuan ini. Dengan kata lain, bukan "apa"-nya, yakni apakah kasih menjadi dasar, perantara, dan tujuan penyampaian pengetahuan ini. Tatkala saya merenungkan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pernikahan kami, saya menyadari bahwa acap kali saya cenderung menekankan "apa"-nya, yakni saya merasa sayalah yang benar atau sayalah yang memiliki pengetahuan yang benar. Ini bukan saja tidak menyelesaikan masalah, malah makin membakar suasana. Saya berkeyakinan bahwa kasih hanya dapat tumbuh apabila kita sudah menerima pasangan kita seadanya - dengan sukarela. Pertengkaran timbul karena masing-masing merasa benar atau memiliki pengetahuan yang paling tepat, sama seperti yang terjadi pada jemaat Korintus. Ini dapat dan akan terus berlangsung selama kita hidup bersama dengan orang lain. Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk mencoba cara yang dipaparkan Firman Tuhan. Cobalah untuk "menerima, terutama dengan sukarela" barulah kasih akan timbul. Jangan terlalu menekankan pengetahuan yang dapat membuat kita sombong alias enggan untuk merendahkan diri. Setelah melakukan petunjuk surgawi ini, mungkin kita akan sedikit terkejut menyaksikan bahwa tanpa terasa, kita semakin dapat menghargai pandangan-pandangan pasangan kita, alias kita mulai "merasakan atau memperlihatkan hormat" kepadanya. Cobalah dan saksikan hasilnya.

 

By : Dr. Paul Gunadi

Wednesday, July 15, 2009

Kisah Segelas Susu

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup sebagai penjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di kantongnya hanya tersisa uang beberapa sen, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang perempuan muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Perempuan muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"

Perempuan itu menjawab, "Kamu tidak perlu membayar apapun".

 

"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan," kata perempuan itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, "Dari dalam hatiku, aku berterima kasih pada Anda."

Sekian tahun kemudian, perempuan tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter  spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si perempuan tersebut.

Dengan jas dokternya ia menemui si perempuan itu. Ia langsung mengenali perempuan itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa perempuan itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus perempuan itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan. Perempuan itu sembuh! Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok  atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Perempuan itu takut untuk membuka amplop tagihan, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..
"Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.

Sunday, July 12, 2009

10 Gaya Hidup Orang Berhasil

Ada 1 lembaga penelitian sekuler di USA yg meneliti tentang orang-orang bahagia. Karena ini lembaga sekuler,
Ukuran bahagia pertama adalah Banyaknya Uang, maka lembaga tersebut mensurvey orang-orang kaya ( Milyuner ) dengan sample awal sebanyak lebih dari 200 ribu orang milyuner.


Dari 200 ribu itu disaring kadar bahagia-nya berdasarkan berbagai parameter termasuk keluarga tersebut.
Hasil saringan terakhir ada sekitar 200 orang yang dianggap sangat bahagia, karena selain kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati hidup, keluarganya beres. Hasil survey tersebut ditulis dalam buku karangan Thomas Stanley berjudul :
"The Millionaire Mind."


Orang-orang kaya tersebut rata-rata sudah berumur, mereka adalah orang Kaya Dalam 1 Generasi,
artinya Bukan Kaya warisan, tapi  kaya dengan modal zero, alias kerja sendiri. Kemudian orang-orang  ini
diwawancara satu per satu secara detail, dan di-summary-kan gaya hidup orang-orang tersebut,

Berikut 10 Gaya Hidup:
1. Orang-orang tersebut Frugal = Hemat

  • Mereka penuh pertimbangan dalam memanfaatkan uang mereka.
  • Untuk beli sesuatu, pikir-pikir dulu sekitar 20 kali,
  • Tipe orang yang Tanya sama Tuhan tentang segala sesuatu pengeluaran.
  • Mereka tidak diperbudak mode, meskipun  tidak kuno, tapi  modis.
  • Mereka tahu di mana beli barang bagus tapi murah.. 

 

2. Orang-orang tersebut selalu hidup di bawah income mereka 

  • Tidak hidup gali lobang tutup lobang alias Anti Hutang.

3. Sangat loyal terhadap pasangan

  • Tidak cerai dan setia !!

4. Selalu lolos dari prahara baik dalam keluarga/bisnis

Di USA sering resesi  ekonomi, mereka selalu lolos. Setelah ditanya apa kunci lolosnya,jawabannya :

  • " Overcoming worry and fear with The Bible and pray,with faith to God;“
  • “ We have God and His word."

 

5. Cara berpikir mereka berbeda dalam  segala segi dengan orang-orang kebanyakan
Contoh :

  • Kita kalau ke mall, mikir abisin duit, mereka malah survey mencari bisnis apa yang paling laku di mall.
  • They think differently from the crowd.
  • Mereka " Man of Production" bukan " Man of Consumption. "

6. Ketika ditanya kunci suksesnya:

  • Punya Integritas

Omongan dan janji bisa dipegang dan dipercaya.

  • Disiplin

Tidak mudah dipengaruhi, dalam segala hal, termasuk disiplin dalam hal makanan, mereka orang yang tidak sembarangan konsumsi makanan. Tidak serakah.

  • Selalu mengembangkan social skill

Cara bergaul, belajar getting along with people, belajar leadership,menjual ide, mereka orang yang meng-upgrade dirinya, tidak malas belajar

  • Punya pasangan yg support

Selalu mendukung dalam keadaan enak/ tidak. Menurut mereka, Integrity dimulai di rumah, Kalau seorang suami / istri tidak bisa dipercaya di rumah, pasti tidak bisa dipercaya diluar.

 

7. Pembagian waktu/aktivitas, paling banyak untuk hal-hal berikut:

  • Mengajak anak dan cucu sport / olahraga, alasannya :
    Dengan olahraga  bisa meningkatkan fighting spirit yang penting untuk pertandingan rohani untuk menang sebagai orang beriman. Untuk bisa sportif ( Menerima kenyataan,  tetapi dengan semangat untuk memperbaiki dan menang ).
  • Banyak memikirkan tentang investment.
  • Banyak waktu berdoa, mencari hadirat  Allah, belajar Firman. Ini menjadi lifestyle mereka sejak muda.
  • Attending religious activities.
  • Sosializing with children and grand child, ngobrol.
  • Entertaining with friends, maksudnya bergaul, membina hubungan.

8. Have a strong religious faith, dan menurut mereka ini kunci sukses mereka.

9. Religious millionaire
Mereka tidak  pernah memaksakan suatu jumlah asset sama Tuhan, tetapi mereka belajar mendengarkan suara Tuhan, berapa jumlah aset yang Tuhan inginkan buat mereka. Minta guidance untuk bisnis. Mereka  bukan type menelan semua tawaran bisnis yang disodorkan kepada mereka, tapi tanya Tuhan dulu untuk mengambil keputusan.


10. Ketika ditanya tentang siapa mentor mereka, jawabannya adalah Tuhan.

  • Jika setiap bangun pagi, kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia

Your Opinion

Nama:
Alamat Email:
Pendapat Anda tentang blog ini:

create form
lowongan kerja di rumah